68 Orang Positif Covid-19 di Klaster Kapal Perang Korsel

Sebanyak 68 awak kapal perang Angkatan Laut Korea Selatan yang tengah mengikuti operasi gabungan antiperompak di perairan Afrika Timur dinyatakan positif virus corona (Covid-19).

Dilansir Associated Press, Senin (19/7), klaster Covid-19 itu merebak di kapal perang jenis perusak Munmu the Great yang tengah dikerahkan di Teluk Aden dalam operasi gabungan menumpas perompak.

Menurut pernyataan Kepala Staf Gabungan dan Kementerian Pertahanan Korsel, kapal itu mengangkut 301 awak. Sampai saat ini baru 68 awak yang dinyatakan positif Covid-19. Sedangkan sisanya masih menunggu hasil pemeriksaan.

Sebanyak 15 pelaut di kapal itu dirawat di sebuah negara Afrika yang dirahasiakan. Sedangkan sisa awak tetap berada di atas kapal.

Lihat Juga : Warga Korsel Berebut Vaksin Covid-19 Akibat Lonjakan Kasus

Para awak di kapal Munmu the Great memang belum ada yang divaksin, sebab mereka meninggalkan negara itu sejak awal Februari lalu sebelum program vaksinasi Covid-19 dimulai.

Sampai saat ini penyebab utama penyebaran yang akhirnya memicu klaster Covid-19 di atas kapal perang itu belum diketahui. Namun, diduga virus itu masuk saat kapal seberat 4.400 ton itu berlabuh di pelabuhan terdekat untuk mengisi logistik.

Saat ini militer Korsel berupaya mengirim awak pengganti yang sudah divaksin supaya kapal itu tetap bisa melanjutkan misi. Mereka berencana memulangkan 300 awak itu dengan dua pesawat tanker pengisian bahan bakar di udara yang multifungsi.

Untuk sementara 150 orang awak yang akan terlebih dulu. Kemudian kapal itu dijadwalkan dipulangkan ke Korsel yang diperkirakan akan memakan waktu selama satu bulan, dan akan digantikan dengan kapal lain yang akan menjalankan misi selama enam bulan.

Lihat Juga : Tekan Kasus Covid, Warga Korsel Dilarang Nongkrong Malam Hari

Kapal pengganti itu dilaporkan tengah dalam perjalanan menuju lokasi penugasan.

Korea Selatan mengirimkan kapal perang sebagai bagian dari operasi penumpasan perompak dan mengawal kapal barang dan dagang mereka yang melintasi wilayah perairan timur Afrika sejak 2009.