Jakarta, CNN Indonesia --
Banyak negara di dunia tengah menghadapi gelombang baru penularan Covid-19. Itu diperparah akibat penyebaran varian Delta virus corona yang lebih menular.
Sejumlah negara yang semula berhasil mengendalikan pandemi virus corona juga tengah menghadapi ancaman gelombang Covid-19 baru.
Sebagian besar negara tersebut menghadapi lonjakan infeksi Covid-19 setelah mengalami penurunan kasus dan melonggarkan aturan pembatasan pergerakan sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut deretan negara yang sukses kendalikan Covid-19 dan tengah mengalami lonjakan kasus virus corona.
Australia
Australia terus memperpanjang masa pemberlakuan lockdown di Sydney dan sejumlah daerah lainnya karena kasus Covid-19 di wilayah itu tak kunjung reda.
Lockdown di Sydney sudah berlaku sejak 26 Juni. Status itu seharusnya berakhir pada Jumat (9/7), tapi diperpanjang hingga kini.
"Virus varian Delta ini menjadi pembeda, sangat mudah menyebar dan menular dibanding varian sebelumnya yang kami ketahui," kata Menteri Besar New South Wales, Gladys Berejiklian.
Akibat perpanjangan masa lockdown, seluruh sekolah di Sydney akan memulai pembelajaran jarak jauh pekan depan, setelah masa libur musim dingin demi menghindari kerumunan antar jemput.
Pengetatan pergerakan sosial dan lockdown parsial juga diterapkan beberapa wilayah lainnya di Australia seperti negara bagian Victoria dan Australia Barat. Sebelumnya, Australia berhasil mencapai nol kasus Covid-19 sejak awal pandemi.
Infeksi Covid-19 kembali melonjak setelah pemerintah Australia melonggarkan perbatasan.
Sampai saat ini, secara keseluruhan jumlah kasus infeksi Covid-19 di Australia mencapai 30.800, dengan 910 orang di antaranya meninggal.
Korea Selatan
Korea Selatan kembali mencatat rekor kasus harian Covid-19 dengan 1.784 infeksi corona dalam 24 jam hingga Selasa (20/7) akibat kemunculan varian Delta.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel (KDCA) menyatakan bahwa Korsel terus mencetak rekor kasus Covid-19 akibat varian Delta yang kini mendominasi infeksi di negara tersebut.
Korsel pun menerapkan larangan pergerakan tingkat tinggi di Seoul sejak 12 Juli lalu. Sebagaimana dilansir AFP, dengan pemberlakuan aturan tersebut, pemerintah Korsel melarang perkumpulan lebih dari dua orang mulai pukul 18.00, sekolah-sekolah akan ditutup, sementara kafe dan restoran akan dibatasi.
Sementara itu, tempat-tempat hiburan, seperti bar dan kelab malam, akan tutup total. Semua acara publik juga dilarang, kecuali aksi protes yang dilakukan oleh satu orang.
Sebelum lonjakan Covid-19, pemerintah Korsel telah melonggarkan sejumlah pembatasan pergerakan sosial mulai dari mengizinkan makan di tempat dengan jumlah terbatas dan perkumpulan orang.
Sempat menjadi episentrum penularan Covid di awal masa pandemi, Korsel dianggap berhasil menanggulangi corona tanpa menerapkan lockdown.
Salah satu jurus Korsel mengendalikan Covid-19 sejak awal pandemi adalah dengan testing dan tracking yang cepat dan luas.
Selain itu, vaksinasi Covid-19 juga dikerahkan sebagai salah satu strategi pemerintah mengendalikan infeksi corona.
Hingga saat ini, 32 persen dari 52 juta populasi di Korsel sudah mendapatkan setidaknya satu dosis vaksin Covid-19. Pemerintah menargetkan 70 persen populasi di negara itu sudah rampung vaksinasi pada September mendatang.
Jepang
Kondisi pagebluk di Jepang juga menjadi perhatian internasional, terutama karena Olimpiade yang sudah tertunda sejak tahun lalu bakal digelar di Tokyo pada 23 Juli mendatang.
Kementerian Kesehatan Jepang melaporkan bahwa jumlah kasus varian Delta di Jepang memang meningkat dari 80 menjadi 304 kasus di awal Juli lalu.
Varian yang pertama kali ditemukan di India itu terdeteksi di 20 prefektur di Jepang. Tokyo tercacat menyumbang infeksi Delta terbanyak dengan 61 kasus, disusul Chiba dengan 48 kasus, Kanagawa dengan 41 kasus, Osaka dengan 31 kasus, Aichi ada 27 kasus, dan Hyogo dengan 24 kasus.
Secara keseluruhan, Jepang sudah melaporkan lebih dari 1.400 kasus Covid-19 varian Delta sejak awal Juli. Angka itu melonjak dari sebelumnya yang hanya 842 kasus.
Pada Kamis (8/7), Jepang pun mendeklarasikan status darurat Covid-19di Tokyo hingga 22 Agustus mendatang, yang membuat Olimpiade bakal digelar tanpa kehadiran penonton.
Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan bahwa pemerintah harus mengambil tindakan ini karena Covid-19 di ibu kota negara itu terus melonjak dalam beberapa waktu terakhir.
"Kami harus memperkuat upaya pencegahan. Melihat situasi ini, kami akan mendeklarasikan status darurat untuk Tokyo," ujar Suga, sebagaimana dikutip Reuters.
Penyelenggara Olimpiade Tokyo juga melaporkan kasus pertama infeksi virus corona (Covid-19) yang menjangkit atlet dalam gelaran tersebut. Setidaknya ada dua atlet yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Kampung Atlet Olimpiade Tokyo usai dilakukan tes.
Singapura
Singapura kembali melakukan pengetatan aktivitas warganya dengan mengembalikan langkah kesehatan warga mereka ke level di bawah fase 2 (peringatan tinggi) pada Kamis (22/7).
Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan langkah itu dilakukan seiring dengan meningkatnya kasus penularan corona di negeri itu belakangan ini.
Peningkatan infeksi Covid-19 terjadi karena kemunculan klaster di Pelabuhan Perikanan Jurong.
Singapura melaporkan dari 182 infeksi baru covid-19 yang ditularkan secara lokal pada Selasa (20/7), 135 di antaranya terkait dengan klaster Pelabuhan Perikanan Jurong.
Sementara itu, 12 infeksi lain terlacak di klaster KTV. Kasus di Jurong ini menjadikannya kluster aktif terbesar di Singapura, dengan total 314 kasus.
Melansir Reuters, lonjakan kasus ini terjadi ketika Singapura berencana memulai proses menuju fase kehidupan normal baru dengan menganggap Covid-19 sebagai penyakit endemik lainnya.
Sejauh ini, 2,68 juta warga atau 46,9 persen populasi Singapura telah merampungkan dua dosis vaksin Covid-19. Ong bahkan menargetkan dua pertiga populasi Singapura rampung divaksinasi pada 9 Agustus.
China
Pemerintah China juga menerapkan lockdown total di Ruili, kota kecil yang berbatasan langsung dengan Myanmar, akibat gelombang keempat penularan Covid-19.
Lockdown Ruili mulai berlaku sejak awal pekan ini. Pihak berwenang China memerintahkan penduduk Ruili mengisolasi diri di rumah masing-masing dalam beberapa hari ke depan.
Selain perintah diam di rumah, pihak berwenang China juga menutup seluruh bisnis dan sekolah. Namun, beberapa pasar, supermarket, apotek, hingga rumah sakit tetap diizinkan buka.
Aparat juga melarang warga melakukan "perjalanan yang tidak penting" hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Pemerintah hanya mengizinkan satu anggota keluarga dari setiap rumah tangga bepergian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari meski tetap dengan izin selama masa lockdown.
Setiap warga yang ingin meninggalkan Kota Ruili harus menunjukkan hasil negatif tes virus corona dalam 72 jam terakhir.