Sekitar Juni 2020, dunia mulai berlomba mengembangkan vaksin Covid-19 yang dinilai sebagai salah satu jurus utama memerangi pandemi. Sebab, hingga kini belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit SARS-CoV-2 itu.
Pada Agustus, Rusia menjadi negara pertama yang merampungkan pengembangan vaksin Covid-19 yang mereka namai sebagai Sputnik V. Rusia mengklaim efikasi Sputnik V hingga 95 persen melawan infeksi Covid-19.
Sejak itu, berbagai jenis vaksin lainnya seperti Sinovac dan Sinopharm dari China, Pfizer-BioNTech dan Moderna buatan AS, dan AstraZeneca buatan kolaborasi dengan Universitas Oxford, muncul dan bertahap mendapat persetujuan WHO untuk digunakan dalam keadaan darurat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar Desember 2020, Inggris dan Rusia menjadi dua negara pertama yang melakukan vaksinasi Covid-19.
Awal 2021, dunia bak diberi angin segar lantaran semakin banyak negara yang mulai melakukan program vaksinasi Covid-19. Beberapa negara bahkan telah memulai kehidupan fase kenormalan baru. Negara seperti Selandia Baru dan Australia bahkan berhasil mempertahankan nihil kasus Covid-19.
Di saat yang bersamaan, dunia juga dikejutkan dengan temuan berbagai varian baru mutasi virus corona yang terus berkembang.
Salah satu yang paling dikhawatirkan adalah varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India karena dinilai para ahli lebih cepat menular dan menyebabkan Covid-19 lebih parah.
Sekitar Maret dan April 2021, India pun dihantam gelombang baru penularan Covid-19 yang lebih ganas akibat penyebaran varian Delta.
Hal itu juga diperparah dengan krisis pasokan vaksin di India yang menyebabkan produsen vaksin terbesar di dunia itu menghentikan ekspor demi memenuhi kebutuhan vaksin dalam negerinya terlebih dahulu.
Gelombang baru Covid-19 di India itu pun menjadi episentrum virus corona baru dunia. Sejak itu, banyak negara, termasuk Indonesia, menghadapi gelombang baru infeksi Covid-19 yang didominasi varian Delta.
"Varian Delta adalah peringatan, ini adalah peringatan bahwa virus berkembang tetapi juga merupakan seruan untuk bertindak bahwa kita perlu bergerak sekarang sebelum varian yang lebih berbahaya muncul," kata Emergencies Director WHO Michael, pada Minggu (1/8).
Kini varian Delta corona telah muncul di 132 negara dan wilayah dan terus mendominasi kasus Covid-19 di beberapa negara seperti Inggris.
(rds/dea)