Malaysia Tembus Rekor Covid di Tengah Gonjang-ganjing Politik
Di tengah gonjang-ganjing politik, Malaysia kembali menembus rekor kasus Covid-19 dengan laporan 19.819 infeksi corona dalam 24 jam belakangan hingga Rabu (4/8).
Direktur Jenderal Kesehatan malaysia, Noor Hisham Abdullah, mengatakan bahwa ini merupakan laporan kasus Covid-19 tertinggi sejak pandemi turut melanda Negeri Jiran tahun lalu.
Sebagaimana dilansir Malay Mail, Hisham kemudian menjabarkan bahwa kawasan penyumbang Covid-19 terbanyak masih dipegang Selangor dengan 8.377 kasus, disusul Kuala Lumpur dengan 2.467.
Laporan peningkatan kasus Covid-19 ini membuat warga kian geram karena para pejabat malah sibuk bermanuver politik.
Dalam beberapa hari belakangan, para pemimpin oposisi di parlemen mendesak Perdana Menteri Muhyiddin Yassin turun karena dianggap gagal menangani pandemi Covid-19.
Reuters melaporkan, kepemimpinan Muhyiddin kian berada di ujung tanduk setelah berselisih dengan Raja Sultan Abdullah terkait pemberlakuan status darurat Covid-19.
Ketegangan antara pemerintah dan kerajaan terjadi ketika Muhyiddin melalui salah satu menteri kabinetnya mengumumkan tak akan memperpanjang status darurat Covid-19 tanpa restu raja.
SultanAbdullah sendiri meminta pemerintah merundingkan nasib status darurat nasional yang seharusnya selesai pada 1 Agustus itu dengan pihak parlemen.
Pihak oposisi pemerintah menilai kabinet Muhyiddin telah melanggar konstitusi karena tak berkonsultasi dengan raja soal pemberlakuan status darurat.
Ia juga membatalkan pertemuan parlemen yang seharusnya digelar untuk membicarakan penanganan Covid-19. Sejumlah pihak menganggap Muhyiddin membatalkan pertemuan itu untuk menghindari pemakzulan dirinya karena dianggap gagal menangani pandemi.
Di awal pandemi, kabinet Muhyiddin dinilai berhasil menekan penyebaran dan laju infeksi Covid-19, salah satunya dengan menerapkan penguncian wilayah (lockdown) pada Maret tahun lalu. Saat itu, laju infeksi harian corona dapat ditekan.
Namun, Muhyiddin kembali menerapkan lockdown lebih ketat pada 1 Juni hingga hari ini karena muncul gelombang infeksi Covid-19 baru yang diperparah dengan penyebaran varian Delta.
Terlepas dari lockdown dan status darurat, penularan Covid-19 Malaysia semakin buruk dan memicu kemarahan publik.
Partai politik terbesar di Negeri Jiran, UMNO, memutuskan menarik dukungan terhadap koalisi pemerintah karena dinilai gagal menangani pandemi.
Baru-baru ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Malaysia, Shamsul Anuar Nasarah, juga mengundurkan diri dari jabatannya sebagai bentuk kesetiaan terhadap partainya, UMNO, yang menolak keputusan pemerintah pusat terkait status darurat Covid-19.
(has)