Kini kelompok pendukung mendiang Khadafi tengah menyusun kekuatan untuk bisa berkuasa dan meloloskan agenda rekonsiliasi nasional, melalui pemilihan presiden dan parlemen yang rencananya dihelat pada akhir 2021 mendatang.
Walau skenario seperti itu seakan mustahil terlaksana, tetapi para pendukung Khadafi tidak bisa menyembunyikan hasrat untuk mengusung Saif sebagai calon presiden Libya. Bahkan menurut laporan Rusia dan berbagai suku di Libya yang loyal terhadap Khadafi siap mendukung Saif jika diusung sebagai capres.
Akan tetapi, rencana itu baru bisa terlaksana jika sang kerabat, Ahmad Gaddaf Al-Dam, bisa kembali memperoleh hartanya dan bisa membiayai kampanye Saif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, kelompok oposisi yang menggelar pemberontakan pada 17 Februari 2011 khawatir Saif bakal membalas dendam jika terpilih sebagai presiden Libya dan berkuasa. Maka dari itu mereka juga tengah ketar-ketir dan berusaha mengganjal rencana Saif kembali terjun ke perpolitikan di Libya.
Lihat Juga : |
Apalagi saat ini di Libya terdapat dua pemerintahan yang saling bertentangan, yakni yang berpusat di Benghazi dan dikuasai Jenderal Khalifa Haftar serta pemerintahan yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Tripoli.
Saif adalah anak pertama dari pernikahan Khadafi dan istri keduanya, Safiya Farkash.
Muhammad yang merupakan anak Khadafi dari pernikahan dengan istri pertama, Fatiha, tidak diketahui keberadaannya.
Ibu dan adik lelaki dan perempuan Saif yakni Hannibal dan Aisha kabur ke Aljazair setelah pemberontak meletus dan serangan pasukan koalisi asing.
Satu saudaranya yang bernama Saadi dilaporkan kabur dan bersembunyi di Nigeria. Saadi sempat dilaporkan hendak pergi ke Meksiko sebagai pendatang gelap tetapi berhasil digagalkan.
Tiga saudara kandung Saif, yakni Mu'tassim, Khamis dan Saif al-Arab, dilaporkan meninggal akibat dibunuh pemberontak Libya dan serangan bom Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
(ayp/ayp)