Libya Deteksi Kasus Pertama Corona di Tengah Perang Saudara

CNN Indonesia
Jumat, 27 Mar 2020 03:55 WIB
Kondisi Libya yang masih diliputi perang saudara dinilai sangat rentan jika terjadi penyebaran virus corona.
Ilustrasi penduduk Libya di rumah sakit. Kondisi Libya yang masih diliputi perang saudara dinilai sangat rentan jika terjadi penyebaran virus corona. (AP Photo/Felipe Dana)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Libya menyatakan mendeteksi kasus infeksi pertama virus corona di tengah perang saudara yang masih berkecamuk di negara tersebut.

Seperti dilansir CNN, Kamis (26/3), pengumuman soal kasus tersebut disampaikan oleh Pusat Pengendalian Penyakit Nasional Libya.


"Kementerian Kesehatan akan mengambil seluruh langkah yang diperlukan untuk pasien dan menyediakan apapun yang dibutuhkan dalam perawatan," demikian kata pejabat badan kesehatan setempat dalam jumpa pers.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut laporan Associated Press, pasien tersebut adalah seorang lelaki berusia 73 tahun yang baru pulang dari Tunisia pada 5 Maret lalu.

Kondisi fasilitas kesehatan di Libya sangat terbatas karena negara tersebut terus diliputi konflik. Sebab, ada dua kubu yang saling berseberangan mendirikan pemerintahan, yakni di Tripoli yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa dan di Benghazi yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar.

Pertempuran kembali terjadi pada Rabu kemarin antara milisi dari Tripoli yang menyerang pangkalan udara pasukan Haftar di al-Waitya.

Akibatnya, pasukan Haftar menyerang balik dan berhasil menangkap sejumlah milisi serta merebut beberapa kota kecil di wilayah pesisir, yakni Jumayl, Rigdalin dan Zultan.

[Gambas:Video CNN]

Komandan milisi Tripoli, Ossama Gowelii, mengklaim mereka berhasil dalam serangan terhadap al-Waitya dan menangkap sejumlah pasukan Haftar, termasuk di antaranya tentara bayaran asing. Namun, dia tidak memberikan bukti apapun.

Gowelii mengklaim operasi tersebut adalah balasan akibat serangan artileri yang dilakukan pasukan Haftar ke Tripoli.

Peperangan antara kedua kubu sudah terjadi hampir satu tahun. Haftar menggelar serangan ke Tripoli pada April 2019.

Pekan lalu, kedua belah pihak menjanjikan akan menghentikan saling serang dengan alasan kemanusiaan supaya pemerintah bisa fokus menangani pandemi virus corona.

"Kesehatan dan keselamatan seluruh penduduk Libya, termasuk 345 ribu kelompok rentan, dalam bahaya," kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan Libya (OCHA).
Libya Deteksi Kasus Pertama Corona di Tengah Perang Saudara(CNNIndonesia/Fajrian)
Konflik tersebut semakin rumit karena sejumlah negara juga ikut campur.

Turki dilaporkan terus mengirimkan pesawat nirawak tempur, senjata pertahanan udara dan milisi Suriah yang mempunyai jaringan kepada kelompok ekstremis untuk membantu pemerintah Libya di Tripoli.

Rusia membantu Haftar dengan mengirim tentara bayaran. Sedangkan Uni Emirat Arab dan Mesir juga membantu Haftar dengan mengirimkan jet tempur, drone, dan kendaraan penyapu ranjau. (ayp/ayp)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER