Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
Libya menyatakan mendeteksi kasus infeksi pertama
virus corona di tengah perang saudara yang masih berkecamuk di negara tersebut.
Seperti dilansir
CNN, Kamis (26/3), pengumuman soal kasus tersebut disampaikan oleh Pusat Pengendalian Penyakit Nasional Libya.
"Kementerian Kesehatan akan mengambil seluruh langkah yang diperlukan untuk pasien dan menyediakan apapun yang dibutuhkan dalam perawatan," demikian kata pejabat badan kesehatan setempat dalam jumpa pers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan
Associated Press, pasien tersebut adalah seorang lelaki berusia 73 tahun yang baru pulang dari Tunisia pada 5 Maret lalu.
Kondisi fasilitas kesehatan di Libya sangat terbatas karena negara tersebut terus diliputi konflik. Sebab, ada dua kubu yang saling berseberangan mendirikan pemerintahan, yakni di Tripoli yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa dan di Benghazi yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar.
Pertempuran kembali terjadi pada Rabu kemarin antara milisi dari Tripoli yang menyerang pangkalan udara pasukan Haftar di al-Waitya.
Akibatnya, pasukan Haftar menyerang balik dan berhasil menangkap sejumlah milisi serta merebut beberapa kota kecil di wilayah pesisir, yakni Jumayl, Rigdalin dan Zultan.
[Gambas:Video CNN]Komandan milisi Tripoli, Ossama Gowelii, mengklaim mereka berhasil dalam serangan terhadap al-Waitya dan menangkap sejumlah pasukan Haftar, termasuk di antaranya tentara bayaran asing. Namun, dia tidak memberikan bukti apapun.
Gowelii mengklaim operasi tersebut adalah balasan akibat serangan artileri yang dilakukan pasukan Haftar ke Tripoli.
Peperangan antara kedua kubu sudah terjadi hampir satu tahun. Haftar menggelar serangan ke Tripoli pada April 2019.
Pekan lalu, kedua belah pihak menjanjikan akan menghentikan saling serang dengan alasan kemanusiaan supaya pemerintah bisa fokus menangani pandemi virus corona.
"Kesehatan dan keselamatan seluruh penduduk Libya, termasuk 345 ribu kelompok rentan, dalam bahaya," kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan Libya (OCHA).
 (CNNIndonesia/Fajrian) |
Konflik tersebut semakin rumit karena sejumlah negara juga ikut campur.
Turki dilaporkan terus mengirimkan pesawat nirawak tempur, senjata pertahanan udara dan milisi Suriah yang mempunyai jaringan kepada kelompok ekstremis untuk membantu pemerintah Libya di Tripoli.
Rusia membantu Haftar dengan mengirim tentara bayaran. Sedangkan Uni Emirat Arab dan Mesir juga membantu Haftar dengan mengirimkan jet tempur, drone, dan kendaraan penyapu ranjau.
(ayp/ayp)