Deret Aturan Taliban yang Bisa Kekang Perempuan Lagi

CNN Indonesia
Kamis, 02 Sep 2021 20:39 WIB
Banyak perempuan Afghanistan yang khawatir hak dan cita-citanya akan kembali terkekang menyusul Taliban yang kembali berkuasa di negara itu.
Perempuan Afghanistan tengah belajar musik. (Foto: REUTERS/STRINGER)

Batasan Bekerja dan Sekolah

Meskipun Taliban mengaku mengizinkan perempuan untuk bekerja, namun mereka kabarnya akan menerapkan aturan berbasis syariat Islam yang menyulitkan para pekerja perempuan. Misalnya, pembagian kelas berdasarkan jenis kelamin.

Sejak Taliban mengharuskan wanita berdiam diri di rumah, kelompok itu menyatakan perempuan masih boleh bekerja dari rumah dan tetap mendapatkan gaji.

Salah satu guru bahasa Inggris perempuan yang mengajar di sekolah khusus laki-laki hanya bisa meratapi nasib.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidak tahu, apa yang mereka izinkan untuk saya lakukan," kata perempuan Afghanistan yang menjadi guru sekolah laki-laki.

Dikutip AFP, ketika Taliban berkuasa 30 tahun lalu, perempuan tidak secara resmi dilarang untuk bekerja. Namun, dalam praktiknya, Taliban kerap mempersulit kaum perempuan untuk mengakses sebagian besar pekerjaan dengan dalih menuruti syariat Islam.

Pekan lalu, juru bicara Taliban di Doha, Sher Mohammad Abbas Stanikzai mengatakan kepada wartawan bahwa perempuan memiliki "hak bawaan" untuk bekerja, belajar dan berpartisipasi dalam politik.

Tapi, dia juga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan BBC Pashto bahwa "mungkin tidak ada" tempat bagi perempuan di kabinet pemerintahan Afghanistan masa depan atau jabatan tinggi lainnya.

Untuk saat ini, perempuan tidak punya banyak pilihan selain menunggu dan melihat apa yang akan dilakukan Taliban begitu mereka mengumumkan pemerintahan baru.


Musik Non Keagamaan Dilarang

Meski belum ada instruksi resmi dari pusat, di daerah tertentu larangan mendengarkan musik sudah tergambar. 

Pada Jumat (27/8) lalu, seorang penyanyi folk, Fawad Andarabi, tewas di tangan Taliban. Anak penyanyi itu, Jawad, mengaku sang ayah ditembak di kepala oleh kelompok itu.

"Dia tidak bersalah, penyanyi yang menghibur orang, kata Jawad.

Institut Musik Nasional Afghanistan (ANIM) juga tak bisa berkutik di bawah kendali Taliban. Para murid mengembalikan instrumen musik ke sekolah itu karena takut dihukum.

Sejak kejadian Anarabi, sejumlah musisi perempuan semakin takut akan keamanan dan masa depan karier mereka.

Seandainya pun musik-musik bertema keagamaan atau yang dianggap tak mengundang kemaksiatan masih bisa diperbolehkan Taliban, kaum perempuan juga terancam terpinggirkan lagi.

Akan sangat sulit bagi kaum perempuan untuk menjadi penyanyi dibandingkan para lelaki Afghanistan di era Taliban.

(rds)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER