WAWANCARA EKSKLUSIF

Duka Perempuan Afghanistan di RI: Adik Saya Dibunuh Taliban

CNN Indonesia
Senin, 06 Sep 2021 09:03 WIB
Perempuan Afghanistan yang menungsi di Indonesia, Meena Asadi. (Foto: REUTERS/AJENG DINAR ULFIANA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Wajah Meena Asadi, perempuan Afghanistan, langsung tertunduk lemas ketika bercerita tentang pengalaman pahit yang ia alami soal Taliban.

Nada bicara perempuan 28 tahun itu bergetar saat mengingat kembali bagaimana ia, suami, dan anak perempuannya bisa 'terdampar' di Indonesia selama enam tahun terakhir.

Asadi merupakan satu dari sekitar 7.490 pengungsi Afghanistan yang saat ini mengungsi di Indonesia, mencari perlindungan dan berharap mendapatkan suaka di negara ketiga.

Konflik dan ancaman kekerasan dari Taliban, kelompok milisi di Afghanistan, membuat Asadi dan keluarga terpaksa kabur ke luar negeri sejak dirinya berusia 12.

Kebanyakan pengungsi Afghanistan di Indonesia merupakan orang Hazara, begitu pula Asadi dan keluarganya. Hazara merupakan salah satu etnis minoritas di Afghanistan yang kerap menjadi target Taliban hanya karena berbeda aliran mazhab Islam.

Sejak Taliban kembali berkuasa di Afghanistan, Asadi merasa semua masa depan dia dan keluarga, bahkan masyarakat di negaranya berubah gelap dalam semalam.

"Saya merasa sengsara, saya kehilangan harapan, begitu pula orang-orang di negara saya," ucap Asadi kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Sebagai atlet karate, Asadi pun mengaku sedih lantaran kebangkitan Taliban diartikan sebagai akhir dari upaya ia dan perempuan Afghanistan lainnya menggapai cita-cita mereka. 

Taliban kerap membatasi bahkan melarang kaum perempuan untuk bekerja, bersekolah, hingga bepergian tanpa wali pria ketika kelompok itu memerintah Afghanistan 25 tahun lalu.

Selama tinggal di Indonesia, Asadi memiliki kesempatan meneruskan passion dengan membuka kursus karate khusus bagi anak-anak pengungsi yakni Cisarua Refugee Shotokan Karate Club (CRSKC).

Berikut petikan wawancara lengkap CNNIndonesia.com bersama Asadi:

Bagaimana Anda bisa lari ke Indonesia dan tinggal di sini selama beberapa tahun terakhir?

Hidup saya, terutama sebagai perempuan di Afghanistan, saat itu dalam bahaya. Maka dari itu saya meninggalkan negara saya.

Saya orang Hazara, salah satu etnis minoritas di Afghanistan yang kerap menjadi target Taliban. Sebelum saya menjadi pengungsi di Indonesia, saya pernah lari ke Pakistan dan pada 2010 saya kembali ke Afghanistan.

Mungkin sekitar lima tahun saya berada di Afghanistan sebelum akhirnya lari ke Indonesia.

Hidup saya pernah terancam ketika menjadi target serangan, tetapi saya tidak bisa mengenali apakah itu adalah ulah Taliban atau kelompok ekstremis lainnya yang tidak suka melihat aktivitas saya.

Jadi apakah Anda pernah hidup di bawah rezim Taliban? Bagaimana mereka memperlakukan kaum minoritas di Afghanistan?

Saya bisa bilang mereka itu kelompok teroris, mereka membunuh orang-orang yang tidak bersalah dengan serangan bom atau serangan bom bunuh diri. Adik perempuan saya tewas dibunuh oleh serangan bom Taliban.

Saat itu dia berusia 19. Adik saya tewas dalam serangan bom di Provinsi Zabul ketika dia dalam perjalanan hendak mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.

Kejadian itu terjadi pada 15 Oktober 2010 akibat bom yang dipasang Taliban di jalanan dan meledak ketika kendaraan yang ditumpangi adik saya lewat dan akhirnya meledak.

Ratusan warga sipil, seperti adik perempuan saya, telah dibunuh Taliban. Mereka teroris, tidak ada kata-kata lain yang pantas menggambarkan mereka.

Foto: REUTERS/AJENG DINAR ULFIANA
Asadi ketika melatih klub karatenya yang kini telah memiliki sekitar 30 murid yang juga merupakan pengungsi di Indonesia

Bagaimana pandangan Anda terkait Taliban yang saat ini kembali berkuasa di Afghanistan?

Seperti yang telah saya bilang, mereka adalah kelompok teroris. Saya pikir mereka telah menghancurkan nilai dan mimpi warga Afghanistan. Kami sudah merasakan hidup dalam ketakutan akan mereka selama 20 tahun terakhir.


Apakah Anda melihat harapan bahwa Taliban akan berubah dan menepati janji mereka yang ingin membentuk pemerintahan inklusif dan berpihak pada hak perempuan?

Masyarakat Afghanistan telah merasakan hidup di bawah rezim mereka. Taliban tidak akan berubah. Bagaimana kita mengharapkan sebuah kelompok teroris untuk berubah?

Mereka menegaskan akan melindungi hak perempuan. Itu hanya sebatas janji manis belaka agar rezim mereka diakui oleh komunitas internasional. Sebatas itu saja.

Tetapi, bagi warga Afghanistan hidup kami baru saja terjerumus lagi ke dalam kegelapan.

Tidak ada masa depan yang cemerlang bagi kaum perempuan Afghanistan, semua hal, mimpi, hilang begitu saja bagi perempuan Afghanistan. Setelah Taliban berkuasa, mereka (perempuan) tidak bisa meniti karir, melakukan olahraga, bahkan bekerja di kantor pemerintahan. Kaum perempuan wajib diam di rumah.

Harapan Asadi kepada Indonesia


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :