ANALISIS

Emirat Islam Afghanistan, Bakal Serupa Iran atau Mesir?

Ahmad Bachrain | CNN Indonesia
Kamis, 09 Sep 2021 09:29 WIB
Membayangkan bentuk Emirat Islam Afghanistan dengan dua model negara mayoritas muslim, Iran dan Mesir.
Mufti Agung Mesir Shawki Allam. (AFP/KHALED DESOUKI)

Posisi Haibatullah Akhundzada sebagai ulama besar di Afghanistan menjadikannya bakal memegang peran sebagai pemimpin spiritual negara itu.

Dari sini, Afghanistan tampaknya bisa mengambil sebagian model pemerintahan Republik Islam Iran.

Iran tentu menjadi contoh negara yang mengambil bentuk teokrasi. Teokrasi yang demokratis, kira-kira begitu gambaran sederhananya, mengacu pada klaim negara itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sosok ulama kharismatik, Sayyid Ali Hosseini Khamenei, merupakan Pemimpin Tertinggi negara itu. Ia sebenarnya bukan sosok Ayatollah, atau imam besar yang berhak menjadi penguasa tertinggi di Iran.

Dalam konstitusi pun dijelaskan bahwa hanya seorang Ayatollah yang berhak menjadi Pemimpin Tertinggi. Namun, konstitusi ini diubah pada masa Ali Khamenei sekarang.

Mengutip dari karya ilmiah Kholid Al-Walid, Wilayat Al-Faqih Sebuah Konsep Pemerintahan Teo-Demokrasi, wilayatul faqih merupakan kepemimpinan tertinggi Iran. Konsep itu dilandaskan pada corak aliran Syiah Itsna Asyariah atau 12 Imam di negara itu.

Wilayatul faqih atau Wali Fakih merupakan kepemimpinan tertinggi yang dipegang oleh seorang yang telah memenuhi kualifikasi tertentu untuk memimpin umat selama periode kegaiban Imam al-Mahdi. Mereka berhimpun dalam Majelis Fakih.

Majelis Fakih berisikan para ulama dan cendikiawan. Melalui mekanisme Majelis Fakih ini pula Wali Fakih terpilih hingga akhir hayat.

Majelis Fakih dipilih oleh warga Iran setiap delapan tahun. Namun, anggota majelis dipilih oleh Dewan Penjaga. Para anggota dari Dewan Penjaga ini pula yang ditentukan langsung atau tidak langsung oleh Wali Fakih atau Pemimpin Tertinggi.

Wali Fakih Iran saat ini didapuk oleh Ali Khamenei. Ia menggantikan mendiang Ayatollah Rohullah Khomaini yang pernah memimpin sejak 1979.

Sementara di level eksekutif ada kepala pemerintahan yang dipegang presiden Iran. Posisi Presiden pun dipilih langsung oleh rakyat Iran. Parlemen Iran pun dipilih langsung oleh rakyat.

Meski demikian, lembaga eksekutif maupun legislatif ini pada kenyataannya tetap di bawah bayang-bayang kekuasaan Pemimpin Tertinggi Iran. Pengaruh Wali Fakih atau Pemimpin Tertinggi ini amat besar di Iran.

Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) As'ad Said Ali menilai kekuasaan Wali Fakih ini pula yang bisa langsung mengintervensi eksekutif.

"Syiah itu mengenal konsep wakil Tuhan yang maksum, terhindar dari kesalahan. Posisi ini yang melekat pada Wali Fakih," ujar As'ad.

Ia pun tak memungkiri bentuk kepemimpinan Afghanistan di bawah Taliban mungkin mengambil sebagian bentuk ini dalam pemerintahan. Namun tetap ada bedanya.

Apalagi Taliban merupakan penganut Islam Sunni yang amat berbeda dengan Syiah 13 Imam. Kekuasaan pemimpin tertinggi spiritual di Afghanistan seperti Haibatullah Akhundzada bakal berbeda dari model Iran.

"Sistem di Iran semua terpusat pada Pemimpin Tertinggi atau Wali Fakih yang bisa mengambil keputusan banyak hal krusial. Sementara keputusan di Taliban terkait pembentukan pemerintahan lebih kolegial atau musyawarah di antara petinggi mereka," ujar As'ad.

Keputusan terkait strategi pemerintahan ini pula, As'ad melanjutkan, biasanya dibahas di antara para petinggi Afghanistan. Biasanya pun mereka yang memang ahli untuk urusan politik. Sementara peran petinggi keagamaan seperti Akhundzada lebih semacam pemimpin spiritual.

Jika mengambil bentuk itu, ada sedikit kemiripan dengan posisi Mufti Agung Mesir. Di bawah kepemimpinannya, dibentuk majelis fatwa.

Namun, posisi itu menurut As'ad sebatas urusan keagamaan, tak menyeluruh hingga urusan politik dan kenegaraan Mesir.

Model Mesir yang sekuler ini pula yang membedakan dengan Emirat Islam Afghanistan. Mesir bukan negara syariat Islam, sementara Afghanistan ingin menerapkan syariat Islam.

Mufti Agung di Mesir yang berperan untuk menetapkan fatwa. Untuk menjadi Mufti Agung, dibutuhkan seorang yang memiliki pemahaman ilmu agama sangat tinggi. Melalui Mufti Agung ini pula masalah-masalah terkait Islam ditentukan dengan pendapatnya yang disebut fatwa.

Posisi Mufti Agung pun berada di bawah presiden Mesir. Shawki Allam yang saat ini masih menduduki sebagai Mufti Agung bisa saja dicabut oleh Presiden Mesir Abdel-Fattah El-Sisi melalui dekrit.

Taliban yang Identik dengan Struktur Organisasi NU

As'ad justru melihat struktur kepemimpinan dalam Taliban lebih identik dengan organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki dua jalur kepemimpinan: Rais 'Aam dan Ketua Umum.

Rais 'Aam, menurut As'ad, beranggotakan para ulama atau kiai besar NU dengan Ketua yang dipilih dalam mekanisme internal.

Para anggota Rais 'Am ini dimajukan dari cabang-cabang yang merupakan kiai besar di masing-masing wilayah. Sementara Ketua Umum merupakan tanfidziyah (pelaksana) yang beranggotakan para pengurus. Ketua Umum dipilih langsung oleh pengurus-pengurus dari daerah dalam Muktamar NU.

"Tapi kan NU ini organisasi kemasyarakatan. Bukan seperti Taliban di Afghanistan yang kini menjadi penguasa negara itu," ungkap As'ad.

"Yang jelas, masih jauh untuk menyimpulkan bentuk pemerintahan Afghanistan ke depan. Apa yang dibentuk sekarang oleh Taliban pun sifatnya masih sementara," ia menambahkan.

(has)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER