Jakarta, CNN Indonesia --
Para pemimpin Taliban disebut cekcok di istana kepresidenan, selang beberapa hari usai mereka membentuk pemerintahan interim baru di Afghanistan.
Salah satu pejabat senior Taliban mengatakan para pentolan dua faksi yang bersaing dilaporkan berkelahi di istana presiden, di Kabul, demikian menurut laporan BBC, Rabu (15/9).
Cekcok itu tampaknya fokus pada masalah soal siapa yang paling berhasil meraih kemenangan atas Amerika Serikat dan bagaimana pembagian kekuasaan dalam kabinet baru itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perselisihan itu terungkap setelah salah satu pendiri Taliban yang juga Wakil Perdana Menteri, Mullah Abdul Ghani Barradar, menghilang dari pandangan publik selama beberapa hari.
Namun, Taliban membantah kabar soal perkelahian di gedung paling krusial negara itu.
Salah satu sumber Taliban mengatakan, bahwa Baradar dan Menteri urusan Pengungsian, Khalil ur-Rahman Haqqani, terlibat debat sengit, saat pendukung mereka saling berkelahi.
Anggota Taliban yang berbasis di Qatar dan salah satu orang yang mengetahui masalah itu membenarkan adanya pertengkaran kedua kubu akhir pekan lalu.
Sumber tersebut menyatakan perselisihan terjadi karena Baradar tak senang dengan struktur pemerintahan sementara mereka.
Faktor lain pemicu perselisihan itu juga disebut berasal dari siapa yang harus mendapat apresiasi atas kemenangan mereka di Afghanistan.
Baradar meyakini bahwa penekanan diplomasi yang dilakukannya lah yang berhasil memenangkan Taliban.
Di mana keberadaan Mullah Abdul Ghani Baradar? Baca di halaman berikutnya...
Abdul Ghanu Baradar merupakan memimpin Taliban pertama yang berkomunikasi langsung dengan presiden Amerika Serikat. Ia bahkan yang turut menandatangani perjanjian Doha mengenai penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Sementara kelompok Haqqani, yang dijalankan salah satu tokoh Taliban paling senior, mengatakan hal tersebut tercapai melalui pertempuran.
Mereka mengaitkan beberapa serangan paling kejam terhadap pasukan Afghanistan dan sekutu Baratnya dalam beberapa tahun terakhir. Kelompok ini juga ditetapkan oleh AS sebagai organisasi teroris.
Pemimpin Jaringan Haqqani, Sirajuddin Haqqani, merupakan menteri dalam negeri di kabinet baru era Taliban.
Rumor mengenai kejatuhan itu sudah beredar sejak akhir pekan lalu, saat Baradar dikabarkan meninggal.
Namun, sumber-sumber Taliban mengatakan bahwa Baradar meninggalkan Kabul dan melakukan perjalanan ke kota Kandahar mengikuti pertikaian itu. Mereka juga membantah pemimpinnya itu tewas akibat baku-tembak.
"Dia (Baradar) mengatakan itu bohong dan sama sekali tak berdasar," kata Juru Bicara Taliban, Shuhail Shaheen di akun Twitter miliknya yang dikutip Reuters.
Dalam rekaman audio yang disebut suara Baradar, salah satu pendiri Taliban mengatakan, ia sedang berjalan-jalan.
"Dimanapun saya berada saat ini, kami semua baik-baik saja," katanya.
BBC tak bisa memverifikasi rekaman yang telah diunggah di sejumlah situs resmi Taliban.
Meski demikian, Taliban mengaku tak ada pernyataan bahwa Baradar aman. Mereka justru menyatakan hal yang bertolak belakang dengan yang dilakukannya saat ini.
Seorang juru Bicara Taliban, mengatakan Baradar pergi ke Kandahar untuk menemui pemimpin tertinggi Taliban. Ia kemudian berkata bahwa Baradar, "Lelah dan ingin istirahat."
Banyak orang Afghanistan meragukan kata-kata Taliban. Pada 2015 lalu, kelompok tersebut mengaku menutupi kematian pemimpin pendiri mereka, Mullah Omar, selama lebih dari dua tahun. Selama itu pula mereka terus mengeluarkan pernyataan atas namanya.
Sumber mengatakan Baradar diperkirakan akan kembali ke Kabul. Kemungkinan, ia juga akan muncul di depan kamera menyangkal apa yang terjadi belakangan ini.
Spekulasi terhadap pemimpin tertinggi Taliban, Hibatullah Akhundzada, juga muncul. Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, ia tidak pernah terlihat di depan umum.
Akhundzada bertanggung jawab atas urusan politik, militer dan agama Taliban.
Di samping kisruh politik di internal pemerintahan, Menteri Luar Negeri Afghanistan era Taliban, menyerukan bantuan internasional untuk memulai kembali mengirim bantuan. Ia mengatakan masyarakat internasional tidak boleh mempolitisasi bantuan mereka.
Sejauh ini, lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp14,2 triliun bantuan dijanjikan untuk negara itu. Di samping itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan adanya bencana yang mengancam di negara itu.
Ketua Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet, mengatakan Afghanistan sekarang dalam fase dan bahaya usai kekuasaan diambil alih Taliban.
Menurutnya, kekerasan terhadap warga sipil dan jurnalis meningkat.
Pembentukan kabinet baru juga menjadi sorotan internasional lantaran Taliban tak menepati janjinya. Sebelumnya, kelompok itu berjanji akan membangun pemerintahan inklusif yang melibatkan semua kalangan termasuk perempuan.
Saat ini, banyak negara di dunia yang masih menimbang untuk menyoal apakah akan membuka hubungan diplomatik dengan mereka atau tidak.
Sejauh ini negara-negara yang menunjukkan diri terbuka dengan Taliban yakni Rusia dan China.