Pemerintah Prancis dan China protes dengan langkah Australia yang menyetujui pembangunan delapan kapal selam nuklir buatan Amerika Serikat, di bawah naungan pakta keamanan di kawasan Indo-Pasifik.
Australia menjadi negara kedua yang diberi akses ke teknologi nuklir AS untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir. Negara pertama yakni Inggris pada tahun 1958.
Kesepakatan trilateral itu terjalin atas negara AS, Inggris dan Australia atau yang disebut Aukus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prancis menuduh Australia menikam dari belakang usai mereka membatalkan kesepakatan kapal selam besar dengannya, dan memilih kapal selam nuklir buatan Amerika Serikat.
"Ini benar-benar menusuk dari belakang. Kami telah menjalin hubungan kepercayaan dengan Australia, kepercayaan ini telah dikhianati," ujar Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian kepada radio France Info, dikutip AFP, Kamis (16/9).
Drian mengaku sangat marah atas tindakan Australia itu.
"Saya sangat marah hari ini dan pilu. Ini bukan sesuatu yang dilakukan sekutu satu sama lain," lanjutnya.
Ia menegaskan Australia sekarang harus menjelaskan bagaimana mereka akan keluar dari kesepakatan yang sudah diteken.
"Kami membutuhkan klarifikasi. Kami memiliki kontrak - pihak Australia perlu memberi tahu kami bagaimana mereka berniat keluar dari kontrak tersebut," tambahnya.
Tak cuma Australia, ia juga mengungkapkan kemarahannya yang ditujukan kepada pemerintah AS di bawah kendali Joe Biden. Perilaku mereka tak ubahnya seperti pemimpin sebelumnya, Donald Trump, yang kerap mengambil keputusan tak terduga.
"(keputusan itu) tidak dapat diterima dan tidak dapat dimengerti," ungkap Drien.
Ia merasa tertipu dengan apa yang dilakukan Washington terhadapnya. Padahal Prancis dan sekutunya telah mengerjakan kebijakan Indo-Pasifik yang koheren dan terstruktur untuk menghadapi kekuatan China.
"Kami telah mendiskusikannya dengan Amerika Serikat baru-baru ini, dan inilah kehancurannya. (itu) pelanggaran kepercayaan yang besar," kata Drien.
Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, menyebut tindakan Australia sebagai berita yang sangat buruk. Namun, ia juga mengaku, pemerintah berhati-hati menyoal AS memperlakukan sekutunya.
"Dalam hal geopolitik dan hubungan internasional, ini serius" katanya.
Parly dan Drien mengecam langkah Canberra yang menandatangani pakta trilateral itu. Mereka kemudian menekankan pentingnya meningkatkan otonomi strategis Eropa.
"Tidak ada cara lain yang kredibel untuk mempertahankan kepentingan dan nilai-nilai kami di dunia, termasuk di Indo-Pasifik," kata mereka.
Lanjut baca di halaman berikutnya...