Taliban kembali menguasai Afghanistan. Mereka akan menerapkan syariat Islam dalam pemerintahannya.
Taliban juga seringkali membatasi perempuan berdasarkan hukum Islam yang mereka intepretasikan.
Bahkan, salah satu petingginya berpendapat bahwa perempuan bertugas untuk melahirkan dan punya anak, dan dinilai tidak mampu mengurus pemerintahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, tak semua negara syariat Islam membatasi perempuan. Ada beberapa negara yang memberikan kesempatan bagi perempuan masuk dalam kabinet.
Berikut empat negara syariat Islam yang pernah dan masih melibatkan perempuan dalam kabinet mereka:
Pada 2018, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) melakukan reshuffle kabinet. Di antara pergantian itu, yang cukup mengejutkan adalah menempatkan seorang perempuan dalam level atas di kabinet.
Melansir Reuters, Pangeran MBS menetapkan Tamadur bint Youssef al-Ramah sebagai Wakil Menteri Tenaga Kerja Arab Saudi. Untuk kali pertama sepanjang sejarah Kerajaan Saudi, sosok perempuan ada di dalam kabinet pemerintahan negara yang menerapkan syariat Islam.
Beberapa wakil presiden Iran di masa kepemimpinan Hassan Rouhani adalah perempuan. Massoumeh Ebtekar menjabat sebagai wakil presiden dalam bidang perempuan dan keluarga, dan Laya Joneydi yang menjabat sebagai wakil presiden dalam bidang hukum, dilansir AFP.
Sebelumnya, Ebtekar menjabat sebagai Wakil Presiden wanita pertama di Iran dan Kepala Departemen Lingkungan dari 1997 hingga 2005, dilansir Bruegel. Namun, dia ditarik menggantikan Molaverdi untuk menjadi wakil presiden Rouhani sampai Agustus 2021.
Lihat Juga : |
Sementara itu, Joneydi sebelumnya menempuh pendidikan di Universitas Tehran untuk gelar masternya. Ia adalah satu-satunya murid perempuan di Universitas Tehran yang mengambil gelar master, dilansir Financial Times. Joneydi juga merupakan salah satu dosen di universitas itu.
Shahindokht Molaverdi juga menjadi wakil perempuan yang berkesempatan masuk dalam pemerintahan Rouhani. Perempuan kelahiran 1965 ini sempat menjabat sebagai wakil presiden dalam bidang perempuan.
Selama masa jabatannya, Molaverdi terkena masalah dan dijatuhi hukuman penjara selama dua setengah tahun. Ia dituduh membocorkan informasi rahasia Iran ke luar negeri dan melakukan propaganda politik melawan rezim Islam, dikutip DW.
Lanjut baca di halaman berikutnya...