Rezim Taliban yang baru menguasai Afghanistan dikabarkan khawatir dengan ancaman ISIS yang merupakan musuh bebuyutannya.
Dua anggota intelijen Taliban menuturkan kelompok itu cemas lantaran cabang ISIS di Afghanistan, ISIS-Khorasan (ISIS-K), telah mengadopsi banyak taktik perang kota yang selama ini digunakan melawan pendudukan tentara asing.
"Kami khawatir dengan taktik bom tempel yang pernah kami terapkan untuk menargetkan musuh kami di Kabul. Kami khawatir tentang kepemimpinan kami karena mereka (ISIS) bisa menargetkan (pemimpin Taliban) jika (Taliban) tidak berhasil mengendalikan mereka," kata salah satu pejabat intelijen Taliban seperti dikutip Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua intel Taliban tersebut mengatakan tengah menyelidiki serangan bom dan penembakan yang baru-baru ini terjadi di Jalalabad hingga menewaskan tiga orang.
Serangan yang diklaim oleh ISIS-K itu menggunakan peledak seperti bom tempel atau bom magnet yang biasanya ditempel di bagian bawah mobil yang berjalan.
Taktik serangan seperti itu kerap digunakan milisi Taliban saat bertempur mengacaukan pemerintah Afghanistan terdahulu dan melawan pasukan Amerika Serikat dan sekutu selama dua puluh tahun terakhir.
Dua intelijen Taliban itu mengklaim taktik serangan seperti itu membuktikan bahwa ISIS-K tetap berbahaya meski juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menganggap ancaman kelompok terori itu tidak signifikan dan efektif di Afghanistan.
Pasukan keamanan Taliban juga mengatakan telah membunuh tiga milisi ISIS-K di Nangarhar pada Rabu pekan ini.
Meski begitu, dua pejabat Taliban menganggap ISIS-K akan membuat ulah melalui serangan-serangan skala kecil.
"Struktur utama mereka rusak dan mereka sekarang terbaki dalam kelompok-kelompok kecil untuk melakukan serangan," kata salah satu pejabat intelijen itu.
Meski Taliban bersumpah tidak akan menjadikan Afghanistan sebagai sarang teroris, beberapa analis negara Barat pesimis dengan hal itu.
Menurut beberapa pengamat, Taliban yang kembali berkuasa di Afghanistan membangkitkan gerakan teroris seperti ISIS-K dan Al-Qaeda.
"Di Afghanistan, kembalinya Taliban adalah kemenangan besar bagi kaum Islamis," kata Rohan Gunaratna, profesor studi keamanan di Universitas Teknologi Nanyang Singapura.
"Mereka telah merayakan kembalinya Taliban, jadi saya pikir Afghanistan adalah teater baru (teroris)," paparnya menambahkan.
Beberapa hari sebelum tenggat waktu penarikan pasukan AS dari Afghanistan, dua bom bunuh diri mengguncang Bandara Kabul pada 26 Agustus lalu.
ISIS-K mengklaim bertanggung jawab atas dua ledakan yang menewaskan 170 orang dan melukai ratusan lainnya.
ISIS-K berdiri tak lama setelah ISIS mendeklarasikan kekhalifahannya di Irak dan Suriah pada 2014 lalu.
Pejabat intelijen AS mengatakan keanggotaan ISIS-K terdiri dari anggota ISIS veteran dari Suriah dan pejuang teroris lain, termasuk beberapa anggota Taliban Pakistan (Tehrik-i-Taliban/TTP) hingga milisi di Afghanistan sendiri.
ISIS-K juga telah membentuk dan membangkitkan sel-sel gerakan ekstrimislainnya di Afghanistan, termasuk di Kabul, dantelah melakukan sejumlah serangan bunuh diri sejak 2016.
Kelompok ini semakin memperkuat kehadirannya di Afghanistan timur dalam beberapa tahun terakhir, terutama di provinsi Nangarhar dan Kunar.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan jumlah personel ISIS-K sekitar 500 orang. Mereka juga disebut beraliran Islam sunni garis keras.