Kabinet Afghanistan di rezim Taliban saat ini didominasi etnis Pashtun. Namun, Taliban juga melibatkan segelintir kelompok minoritas di Afghanistan dalam kabinet itu.
Meski demikian, tetap tak ada satu pun wakil perempuan di kabinet sementara bentukan Taliban itu.
Mengutip Ghandara, Haji Nooruddin Azizi salah satu etnis di luar Pashtun yang masuk kabinet. Saat ini, ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Industri Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban. Azizi adalah seorang pengusaha yang berasal dari provinsi Panjshir. Ia merupakan bagian dari etnis Tajik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahasa sehari-hari etnis Tajik adalah dialek Farsi yang disebut Dari. Etnis itu banyak tersebar di Afghanistan bagian utara dan barat. Basis terbesar mereka ada di Lembah Panjshir, Kota Herat bagian barat dan sejumlah provinsi di utara.
Lembah Panjshir sendiri dikenal dengan resistensi mereka terhadap pendudukan dari rezim Soviet hingga Taliban pada 1980-an.
Selain Azizi, Wakil Menteri Perdagangan Afghanistan Haji Mohammad Azim Sultanzada adalah pengusaha dari etnis Uzbek. Populasi etnis Uzbek di Afghanistan sekitar sepuluh persen.
Mayoritas dari mereka menghuni Afghanistan bagian utara, dekat dengan perbatasan Uzbekistan.
Mereka merupakan orang-orang keturunan Turk dan beragama islam sunni. Salah satu yang paling kesohor adalah Abdul Rashid Dostum, pemimpin milisi yang mendukung Soviet memerangi pasukan mujahidin. Ia kemudian membelot dan bergabung dengan kubu mujahidin.
Terakhir, etnis minoritas yang masuk dalam kabinet Taliban adalah Mohammad Hassan Ghiasi yang berasal dari Hazara. Ghiasi menjabat sebagai Wakil Menteri Kesehatan Afghanistan, bersama dengan Haji Mohammad Bashir.
Etnis Hazara dipercaya berasal dari keturunan di Asia Tengah dan Turki. Populasinya sekitar sepuluh persen di Afghanistan.
Mereka bicara dengan dialek Dari dan mayoritas beragama Islam Syiah. Kelompok etnis ini kerap mengalami tekanan dan diskriminasi di Afghanistan lebih dari seabad.
Orang-orang Hazara juga kerap mengalami pembantaian meski Afghanistan berganti penguasa dalam beberapa dekade. Terutama di bawah Taliban, Hazara lebih tertekan.
Bahkan, minoritas syiah Afghanistan dari etnis Hazara menyatakan siap berperang dengan Taliban bila mereka mengingkari janji dan membentuk pemerintahan garis otoriter.
Pernyataan ini disampaikan oleh pemimpin kelompok Hazara sekaligus mantan Wakil Presiden Afghanistan Karim Khalili, pada Rabu (22/9).
"Sejauh ini, kita telah melihat Kabinet sementara (Taliban), yang sama sekali tidak inklusif. Kelanjutan jalan ini tidak dapat diterima oleh kekuatan (politik) dan kelompok etnis lainnya," tegas Khalili dalam TASS.
"Situasi ini pasti akan menjadi tak tertahankan bagi Tajik dan Uzbek, dan mereka, bersama dengan Hazara, akan kembali ke medan perang."