Beda Syariat Islam Versi Taliban di Afghanistan dan Saudi

CNN Indonesia
Jumat, 01 Okt 2021 08:06 WIB
Taliban menerapkan syariat Islam di Afghanistan selama mereka memegang kendali pemerintah interim, namun ada perbedaan dengan Arab Saudi.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman. (REUTERS/Handout )

Para pengamat mengatakan, Faisal berusaha menjauhkan Saudi dari Al-Qaeda dan kelompok ekstremis lain.

Menurut mereka, Faisal menyangkal peran Saudi dalam peristiwa serangan September 2001 (11/9) baik secara langsung maupun tak langsung. Bahkan, jika sebagian besar dari mereka yang melakukan serangan itu adalah orang Saudi.

Tak ada hubungannya dengan Taliban, yang akan memungkikan Arab Saudi lebih bebas menangani situasi baru di Afghanistan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Al- Qaeda menargetkan kerajaan (Arab Saudi) terlebih dahulu sebelum orang lain," kata Faisal dalam pernyataan sebelumnya.

Faisal kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebelum peristiwa 11 September (11/9), saat penyerangan bom di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Al-Qaeda.

Pernyataan ini muncul usai Biro Investigasi Federal AS (FBI) membuka dokumen terkait hal tersebut. Ia berusaha membuat jarak antara dirinya dan Arab Saudi dari peran apapun dalam kebangkitan gerakan Taliban di Afghanistan.

Pernyataan itu bersamaan dengan meningkatnya tekanan Arab Saudi dengan Washington.

Pada 22 September lalu, Faisal meluncurkan buku yang berjudul "The Afghanistan File" selama pertemuan Royal Society of Asian Affairs di London.

Dalam pernyataan terbarunya, mantan kepala intelijen Saudi itu juga mengungkapkan rincian penting mengenai buku tersebut.

Faisal secara pribadi berusaha meminta Pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden diekstradisi pada tahun 1998. Tetapi pemimpin Taliban saat itu, Mullah Omar, menolak gagasan tersebut, padahal sebelumnya telah setuju.

Di tahun 1990-an, bin Laden dan anggotanya dituduh melakukan berbagai serangan, mulai dari pembunuhan terhadap 18 anggota militer Amerika Serikat hingga peledakan dua truk.

"Mullah Omar hanya menyangkal bahwa dia telah berjanji untuk menyerahkan bin Laden atau membentuk sebuah komite untuk mencari cara melakukannya," ujar Faisal.

Menurut penuturan Faisal, Mullah Omar kemudian mengatakan Arab Saudi harus berbicara dengan bin Laden, dan harus melawan imperialis, alih-alih memerangi dia.

"Saya hanya berdiri dan berkata 'Pak Omar, apa yang Anda katakan, dan apa yang Anda lakukan akan membahayakan untuk Anda dan kami,'" ucapnya.

"Dalam perjalanan ke kerajaan, saya mengirim laporan kepada raja dan putra mahkota menyarankan mereka untuk memutuskan hubungan dengan Taliban, yang pada akhirnya dilakukan oleh Saudi," imbuh Faisal.

Faisal juga mengungkapkan Arab Saudi sebelumnya telah mencoba menengahi Taliban dan pemerintahan Hamid Karzai, yang dilakukan sebagai permintaan terakhir.

Delegasi Taliban akhirnya mengunjungi kerajaan dan Raja Abdullah. Saudi lalu menanyakan soal pemutusan hubungan kelompok tersebut dengan Al-Qaeda, sebelum kematian bin Laden.

"Jawaban mereka adalah tidak. Jadi kami memberi tahu mereka. Oke, kami tidak akan memiliki hubungan apa pun dengan Anda sampai Anda memutuskan hubungan dengan bin Laden," ucap Faisal.

Meskipun mengangkat banyak poin perselisihan dengan Taliban, Faisal memperingatkan masyarakat internasional agar tak meninggalkan Afghanistan pada saat kritis seperti hari ini.

Dia juga menyerukan perlunya mendukung negara itu, serta mendesak Taliban mengambil tindakan sesuai janjinya sebagai bukti menunjukkan kesiapan, keterbukaan dan kerja sama.

Lebih dari negara Sunni lainnya, Arab Saudi memiliki posisi yang lebih baik untuk memainkan peran kunci di Afghanistan.

Namun, Saudi tidak ingin melihat Afghanistan berubah menjadi landasan ambisi Iran, seperti yang terjadi di masa lalu saat Teheran mengeksploitasi ketegangan untuk memperluas kekuasaanya di wilayah tersebut, khususnya di Irak, Suriah, dan Yaman.

(isa/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER