Jakarta, CNN Indonesia --
ISIS-Khorasan (ISIS-K) kemungkinan akan menjadi ancaman serius bagi pemerintahan interim Afghanistan rezim Taliban. Taliban membentuk pemerintahan sementara setelah berhasil menguasai kembali negara tersebut pada 15 Agustus.
Pekan lalu, kelompok teroris ISIS-K mengklaim sebagai dalang di balik serangan bom di Jalalabad. Mereka juga menyebut serangan itu memakan korban puluhan anggota Taliban. Tapi belum ada pihak yang dapat memverfikasi.
"Lebih dari 35 anggota Taliban tewas atau terluka dalam serangan ledakan tersebut," terang pernyataan ISIS tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taliban pun tak mengelak bahwa milisinya menjadi target sejumlah serangan bom di Jalalabad. Salah stau sumber mengatakan, tiga orang tewas dan 20 lainnya luka-luka.
Serangan itu bukan kali pertama. Pada akhir Agustus lalu, ISIS-K juga melakukan serangan bom bunuh diri di sekitar Kabul, tepat saat negara lain sibuk mengevakuasi warga negara asing dan penduduk lokal.
Persitiwa itu, membuat Taliban mengeluarkan pernyataan bahwa mereka mampu membendung kelompok ekstremis itu jika AS angkat kaki. Namun usai mereka hengkang, ISIS-K masih melakukan serangan dan menargetkan Taliban.
Taliban menyalahkan AS atas serangan yang terjadi di Kabul. Sementara para keluarga korban melancarkan kemarahan mereka pada Taliban yang gagal mencegah serangan.
"Ini semua salahmu: Anda semua melakukan ini. Anda tidak mengamankan apapun," kata salah satu kerabat korban seperti dilansir Al Jazeera.
Pada 28 Agustus lalu, Taliban dituduh menangkap ulama salafi terkenal, Abu Obaidullah Mutawakil di Kabul. Tak lama usai kabar itu beredar, ia ditemukan tewas.
Namun, Taliban membantah terlibat dalam kematian ulama. Klaim kelompok itu tak sejalan dengan kecurigaan publik. Beberapa pekan usai insiden itu, Taliban menutup 36 masjid Salafi di 16 provinsi berbeda.
Ada kekhawatiran bahwa Taliban meminjam buku pedoman mantan pemerintah Afghanistan yang dituduh melakukan penahanan tidak sah, pembunuhan di luar proses hukum, dan memberi label seperti "ISIS-K" dan Ak-Qaeda" untuk mengejar elemen yang tak diinginkan tanpa memberi bukti.
Sementara itu, para ahli mengatakan terorisme akan meningkat di bawah pemerintahan Taliban di Afghanistan.
Hal itu tercermin dari susunan pemerintahan di kabinet sementara ala Taliban. Mereka melibatkan kelompok Jaringan Haqqani, yang tercatat beberapa kali melakukan bom bunuh diri.
Taliban sendiri terdiri dari banyak faksi dengan berbagai tingkat ekstremisme dan kecenderungan untuk mendukung kelompok teroris lainnya.
Sementara saingan utama Taliban, ISIS-K memiliki hubungan dengan Jaringan Haqqani.
"Faktanya, telah terjadi konvergensi taktis dan strategis antara ISIS-Khorasan dan Haqqani, jika bukan keseluruhan Taliban," kata direktur keamanan internasional di Asia-Pacific Foundation, Sajjan Gohel, dikutip CNBC.
Taliban, katanya, terdiri dari beberapa faksi, masing-masing dengan kepemimpinan, struktur, dan kendali mereka sendiri atas wilayah Afghanistan.
"Taliban tidak dikenal karena berusaha menolak ruang bagi mitra militannya di negara itu, kecuali ISIS-K, yang merupakan saingan mereka."
ISIS-K telah menargetkan pasukan AS, sekutu mereka, dan warga sipil. Namun tidak seperti yang lain, ISIS-K secara terbuka berperang dengan organisasi Islam lainnya seperti Taliban.
Permusuhan Taliban dan ISIS, baca di halaman berikutnya..
ISIS-K sebagian besar bermusuhan dengan Taliban. Kedua kelompok itu telah berjuang untuk memperebutkan wilayah, khususnya di Afghanistan timur.
Forbes melaporkan sejak 2017, ISIS-K telah bertanggung jawab atas sekitar 250 bentrokan dengan pasukan keamanan AS, Afghanistan, dan Pakistan.
Taliban telah mengambil alih ISIS-K di masa lalu. Menurut pengamat, menghilangkan musuh lama terbukti lebih sulit daripada rencana yang dilakukan kelompok itu.
Taliban juga melancarkan tindak kekerasan terhadap anggota ISIS-K dan dilaporkan menahan setidaknya 80 pejuang di Nangarhar yang merupakan basis kelompok radikal itu.
Kelompok itu mengklaim telah membunuh Ziyya Ul-Haq, yang dikenal sebagai Abu Omar Khoorasani, di penjara Pul-e-Charkhi. Taliban juga dituduh membunuh pemimpin ISIS dari Pakistan, Farooq Benglazai saat ia bepergian di Afghanistan barat daya.
Seorang penulis dan jurnalis yang melaporkan secara ekstensif perang AS di Afghanistan, Wesley Morgan, mengatakan ada ketakutan bahwa Taliban dapat melabeli berbagai kelompok sebagai Daesh (ISIS) sebelum mereka melakukan serangan selama beberapa dekade.
Meskipun sebagian besar kegiatan ISIS-K dilakukan di Nangarhar, wilayah tetangganya, Kunar terbukti menjadi provinsi yang penting untuk perekrutan anggota mereka.
Para ahli dan analis mengatakan interpretasi salafi tentang Islam yang dianut oleh beberapa penduduk Kunar lebih sepakat dengan pandangan garis keras yang dianut ISIS-K daripada mazhab Hanafi yang mayoritas dianut penduduk itu.
Taliban, kata Morgan, harus bertindak tegas terhadap pasukan ISIS-K agar terhindar dari bahaya yang sangat nyata: pembelotan.
Kepemimpinan Taliban tak mau pejuang yang tidak puas membelot agar ada tindakan terhadap ISIS-K, kata Morgan.
Ada preseden sejarah mengenai ketakutan ini. Salah satu pemimpin pertama pasukan ISIS-K di provinsi barat daya Helmand dan Farah adalah Mullah Abdul Rauf Khadem, seorang pembelot Taliban.
Sebelum pergi pada tahun 2014, Khadem terlibat di pemerintahan Taliban era 1990-an dan pemberontakan 20 tahun melawan pendudukan AS.
Morgan Said mengatakan, mengalahkan musuh yang tak terelakan akan jauh lebih menarik bagi Taliban daripada mencoba memutuskan hubungan dengan pasukan al-Qaeda yang masih ada di Afghanistan.
Kekhawatiran akan Terorisme
Menurut Morgan, mengalahkan ISIS-K adalah kepentingan Taliban. Hal tersebut akan menjadi indikasi yang jelas bahwa Taliban juga percaya pada kontraterorisme.
"Ini adalah cara untuk membangun niat baik internasional," kata Morgan.
Wakil direktur Program Asia di Wilson Center, Michael Kugelman, mengatakan risiko terorisme akan meningkat karena pemerintahan dipegang Taliban.
"Saya pikir Anda tengah melihat situasi di mana tak peduli jenis pemerintah apa yang akan kita miliki di Afghanistan. Risiko terorisme akan meningkat hanya karena Anda memiliki Taliban yang memegang kendali," ujarnya.
Taliban menunjuk pemimpin Haqqani, Sirajuddin Haqqani, menjadi menteri dalam negeri Afghanistan, yang bertanggung jawab atas kepolisian dan keamanan di negara itu.
Haqqani dikenal memiliki hubungan dengan Al-Qaeda. Dia ada dalam daftar paling dicari FBI dan ditetapkan sebagai teroris global.
Sementara posisi Menteri Pertahanan dijabat oleh Mohammad Yaqoob, anak pendiri Taliban, Mullah Omar.
"Jadi, jika Taliban ingin mengirim pesan kepada komunitas internasional bahwa mereka ingin mengambil langkah berbeda dari pemeritah yang dipimpin antara tahun 1996-2001, ini bukan awal yang terbaik," lanjut Kugelman.
Penyediaan tempat berlindung bagi Al-Qaeda oleh Taliban pada 1990-an, menjadi pemicu AS menginvasi Afghanistan setelah serangan 11 September.
Pada tahun-tahun sejak invasi AS, Haqqani telah mengerahkan taktik kekerasan sebagai wakil Taliban Afghanistan. Itu termasuk menggunakan regu kematian untuk eksekusi dan merilis video pemenggalan massal.
Anggota senior Tim Negosiasi Perdamaian Afghanistan, Nader Nadery, mengatakan ketakutan utama masyarakat internasional adalah kekuatan teroris di bawah naungan Taliban.
"Konsolidasi kekuatan semua kelompok teroris (di bawah) payung Taliban dan ruang yang disediakan Taliban untuk mereka."
Mengingat semua ini, bagaimanapun, ada banyak perhitungan yang harus mereka buat dalam menanggapi krisis kemanusiaan yang muncul di negara itu, lanjutnya.
Mereka akan membutuhkan uang. Dengan ekonomi yang sangat bergantung pada bantuan dan pemerintah yang 80 persen didanai oleh donor Barat, Taliban harus mempertimbangkan setidaknya beberapa kekhawatiran internasional.
"Jadi, tanda-tanda pembukaan tidak menggembirakan, tetapi kita harus bekerja dengan apa yang akan terjadi di hari-hari berikutnya dalam hal tindakan nyata."