Meski tak menjalin hubungan diplomatik resmi, sejumlah negara kini mulai menunjukkan gerak-gerik membela Taiwan di tengah peningkatan provokasi China.
Amerika Serikat sebagai rival bebuyutan China memimpin "blok" ini. Di samping AS, ada pula para sekutunya yang sudah menunjukkan gelagat membela Taiwan, seperti Inggris, Australia, Prancis, dan Jepang.
Dalam beberapa tahun belakangan, AS terus menunjukkan komitmennya untuk mendukung Taiwan. Tekad tersebut terpantau kian kuat belakangan ini, terutama ketika China memperkuat provokasinya di Selat Taiwan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap kali militer China melakukan manuver di sekitar Selat Taiwan, AS selalu melansir pernyataan kecaman dan peringatan bahwa aksi Negeri Tirai Bambu tersebut dapat memicu ketegangan.
Tak hanya itu, hampir setiap bulan kapal AS berlayar di Selat Taiwan. AS juga beberapa kali mengajak militer negara lainnya untuk menggelar latihan di dekat Selat Taiwan, yang dianggap sebagai dukungan di tengah provokasi China.
Pada Selasa (5/10), misalnya, AS menggelar latihan militer bersama Inggris dan Jepang di perairan Okinawa, yang terletak di utara Selat Taiwan.
Latihan itu digelar ketika China dan Taiwan sedang tegang. Hampir 150 pesawat China masuk ke zona pertahanan udara Taiwan (ADIZ) sejak Jumat pekan lalu.
Dulu, AS tak pernah secara terang-terangan membela Taiwan. Namun, AS mulai terbuka memasang badan untuk Taiwan pada 2018, ketika mereka meneken Undang-Undang Relasi Taiwan (TRA).
Berdasarkan TRA, AS dapat menjalin hubungan dengan "rakyat Taiwan" dan pemerintahnya, tanpa menjelaskan secara spesifik pemerintahan yang dimaksud.
Sebagaimana dilansir Reuters, TRA juga menegaskan bahwa AS mau menjalin hubungan diplomatik dengan China atas dasar pemahaman bahwa "masa depan Taiwan" akan ditetapkan dengan damai.
Tak hanya AS, Inggris juga beberapa kali mengerahkan kapal perangnya ke Selat Taiwan, perairan yang memisahkan Taiwan dan China daratan.
Terakhir kali, kapal perang Inggris, HMS Richmond, melintasi Selat Taiwan pada akhir September lalu. Ini merupakan pelayaran pertama kapal Inggris di Selat Taiwan sejak 2019.
China pun mengecam manuver HMS Richmond tersebut. Beijing menganggap manuver kapal perang Inggris itu seperti "menyimpan niat jahat."
Berbeda dengan Inggris dan AS, Jepang sangat jarang memperlihatkan posisinya terkait konflik antara China dan Taiwan selama ini.
Namun, para pengamat melihat gerak-gerik berbeda dari Perdana Menteri Jepang yang baru, Fumio Kishida. Dalam obrolan perdananya dengan Presiden Joe Biden, Kishida menyatakan bahwa pemerintahnya akan memperkuat relasi dengan AS, terutama terkait isu-isu Indo-Pasifik.
"Kami menegaskan kekuatan aliansi AS-Jepang, juga komitmen kami untuk bekerja sama demi mewujudkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," ucap Kishida, seperti dikutip Reuters.
Kishida memang tak secara langsung menyebut Taiwan, tapi kemudian ia berkata, "Kami juga menegaskan bahwa kami akan bekerja sama menghadapi tantangan di kawasan ini terkait China dan Korea Utara."
Menteri Luar Negeri Jepang, Toshimitsu Motegi, kemudian menegaskan arah negaranya terkait masalah China dan Taiwan. Menurutnya, pemerintahannya kemungkinan tak akan lagi berdiam diri dan hanya memantau situasi.
"Ketimbang hanya memantau situasi, kami harap dapat mempertimbangkan berbagai skenario untuk melihat opsi yang kami punya, termasuk persiapan yang harus dijalani," ucap Motegi.
Sejumlah pengamat menganggap pernyataan Motegi ini sangat kuat dan memperlihatkan kemungkinan sikap keras Jepang terkait hubungan dengan China dan Taiwan.
"Pemerintahan baru akan terus menunjukkan sikap tegas, seperti yang ditunjukkan Motegi. Ini sesuai dengan tekanan Jepang untuk menyeimbangkan China dari segi kekuatan," ucap profesor hubungan internasional di Universitas Ritsumeikan Asia Pasifik, Yoichiro Sato.
Pejabat Prancis dan Australia bertemu Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, walau diprotes China. Selengkapnya baca di halaman berikutnya >>>