Belakangan, Australia juga mulai menunjukkan dukungannya untuk Taiwan. Terbaru, Mantan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, berkunjung ke Taiwan untuk bertemu dengan Presiden Tsai Ing-wen pada hari ini, Kamis (7/10).
Dalam pertemuan itu, Abbott menyampaikan dukungannya guna mengakhiri isolasi Taiwan akibat tekanan dari China selama ini.
"Ini adalah upaya besar untuk membantu mengakhiri isolasi yang telah diderita Taiwan selama beberapa dekade sehingga saya di sini, di negara ini, dan saya berharap ini akan menjadi yang pertama dari banyak kunjungan," kata Abbott kepada Tsai, sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (7/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abbott kemudian berkata, "Tentu saja tidak semua orang dengan kemajuan Taiwan, dan saya mencatat bahwa Taiwan hampir setiap hari ditantang oleh tetangga raksasanya."
Kunjungan Abbott ke Taipei memang bukan bagian dari lawatan resmi negara. Namun, kunjungan ini dianggap sebagai tanda pergerakan negara demokratis Barat dalam mendukung Taiwan untuk menghadapi ancaman dari China.
Akibat tekanan China, Taiwan kerap terisolasi dari pertemuan internasional. Negara ini bahkan harus berjuang melawan Covid-19 tanpa bantuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
China memblokir keanggotaan Taiwan di WHO karena menganggap kawasan tersebut masuk dalam kedaulatan Negeri Tirai Bambu.
Seperti kebanyakan negara lainnya, Australia tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan. Namun, Australia terus mengungkapkan keprihatinannya terkait tekanan Beijing terhadap Taipei, khususnya di bidang militer.
Karena dukungan ini, Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, sampai-sampai mengatakan bahwa mereka ingin menjalin kerja sama intelijen dan pertahanan lebih jauh dengan Australia dalam wawancara dengan ABC awal pekan ini.
Di hari yang sama dengan Abbott, Tsai Ing-wen juga menerima kunjungan delegasi senator Prancis pada Kamis (7/10). Tsai mengaku terharu karena para senator itu tetap berani berkunjung meski ada tekanan dari pemerintah China.
Ketika menyebut tekanan, Tsai dianggap merujuk pada China. Beijing memang terus menekan Prancis agar membatalkan rencana kunjungan ini.
Duta besar China untuk Prancis bahkan melayangkan surat resmi kepada Richard pada Februari lalu. Dalam surat itu, dubes China menyatakan bahwa rencana kunjungan tersebut "jelas melanggar prinsip 'satu China' dan memberikan sinyal yang salah terhadap kekuatan pro-independen di Taiwan."
Kedubes China juga sudah merilis pernyataan yang mewanti-wanti bahwa kunjungan para senator itu akan merusak kepentingan Beijing, relasi kedua negara, dan "citra Prancis."
Namun, Kementerian Luar Negeri Prancis menegaskan bahwa para senator bebas mengambil keputusan sendiri mengenai rencana lawatan tersebut.
Di hadapan para senator itu, Tsai pun mengucapkan terima kasih atas perhatian Prancis terhadap situasi terkini di Selat Taiwan beberapa waktu belakangan.
"Kami akan terus memenuhi kewajiban kami sebagai anggota komunitas internasional untuk memastikan perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik dan juga berharap dapat memberikan kontribusi kepada dunia bersama Prancis," tuturnya.