AS menghabiskan US$1,5 juta (Rp21,3 miliar) per hari untuk program kontra-narkotika dari 2002 hingga 2018.
Meski begitu, pada tahun 2017, produksi opium Afghanistan disebut terus meningkat empat kali lipat dari 2002.
Bahkan saat pandemi Covid-19, ekspor opium dan heroin dari Afghanistan terus meningkat terlepas dari sejumlah pembatasan perjalanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Jalan lingkar luar di sekitar Afghanistan ini didanai oleh banyak dana hibah dan donor, dengan total miliaran selama invasi AS berlangsung.
Menjelang akhir proyek, jalan sepanjang 233 kilometer dibangun di Utara antara kota Qesyar dan Laman hingga menghabiskan US$249.
Antara Maret 2014 dan September 2017 tak ada konstruksi baru dan jalan yang sudah dibangun pun kondisinya terus memburuk.
Sebuah kompleks hotel dan apartemen yang luas dibangun di sebelah Kedutaan Besar AS di Kabul dengan dana pinjaman pemerintah AS sebesar US$85 juta (Rp1,2 triliun).
Pada 2016, SIGAR menuturkan pinjaman US$85 juta itu lenyap entah ke mana sebab bangunan tak pernah selesai dan tak bisa dihuni. Sementara itu, Kedutaan AS dipaksa menganggarkan biaya tambahan untuk pengamanan area konstruksi yang lagi-lagi berasal dari pajak yang dibayarkan warga Negeri Paman Sam.
Pentagon menciptakan Satuan Tugas untuk Operasi Bisnis dan Stabilitas (TFBSO) yang diperluas dari Irak hingga mencakup Afghanistan pada 2009.
Operasi satgas itu menganggarkan dana U$823 juta. Lebih dari setengah uang itu dikeluarkan TFBSO tidak secara langsung untuk proyek di Afghanistan.
Sebuah laporan pada 2015 tentang pendanaan USAID untuk fasilitas kesehatan di Afghanistan, mengatakan sepertiga lebih dari total 510 proyek yang sudah disepakati tidak dirampungkan sesuai rencana.
Sebanyak 13 fasilitas kesehatan di laut tidak terletak di Afghanistan, satu faskes terletak di Laut Mediterania. Sementara 30 faskes lain berada di lokasi yang berbeda dari laporan USAID.
Sebuah laporan pada Oktober 2020 menyajikan total pengeluaran selama perang. Saat itu, Kongres AS mengalokasikan US$134 miliar (Rp270 triliun) untuk rekonstruksi di Afghanistan sejak 2002.
SIGAR hanya dapat mengaudit sekitar US$63 miliar dari total ratusan miliar dolar itu. Sementara itu, sekitar US$19 miliar lainnya hilang karena pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan.