Perayaan Hari Taiwan di Hong Kong Berselimut Ketakutan

CNN Indonesia
Sabtu, 09 Okt 2021 19:56 WIB
Sejak bulan lalu, perayaan Hari Nasional Taiwan pada 10 Oktober oleh veteran Kuomintang dilarang di Hong Kong.
Sejak bulan lalu, perayaan Hari Nasional Taiwan pada 10 Oktober oleh veteran Kuomintang dilarang di Hong Kong. (AFP/PETER PARKS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Selama lebih dari 50 tahun, Ng Hong-lim memimpin perayaan Hari Nasional Taiwan di Hong Kong. Namun tahun ini, ia urung melakukannya karena khawatir akan ditangkap.

"Saya tak merasa ada kesempatan lagi," keluh Ng. "Sangat disayangkan,"

Tanggal 10 Oktober atau yang dikenal juga sebagai Double Ten merupakan peringatan akan pemberontakan 1911 yang mengarah pada pembentukan negara Republik China (ROC).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Usai kalah dari komunis dalam perang sipil China pada 1949, Kuomintang (KMT) kabur ke Pulau Formosa yang kini didiami dan dikenal sebagai Taiwan. Di sana, Double Ten dirayakan sebagai hari libur nasional.

Di Hong Kong, pendukung KMT telah lama mengibarkan bendera Taiwan dan menandai hari tersebut dengan meriah.

Partai Komunis China telah lama menyadari pengaruh dari perayaan tanggal tersebut. Namun para pejabat di Hong Kong kini enggan mengizinkan aksi terbuka pro-Taiwan demi meredam pertumbuhan oposisi.

Kepala Keamanan Hong Kong, Chris Tang pada bulan lalu memberikan peringatan bahwa siapapun yang menyelenggarakan Double Ten bisa diartikan mendukung kemerdekaan Taiwan, atau dipandang Beijing sebagai dukungan terhadap separatisme', dan merupakan pelanggaran akan peraturan kota yang baru.

Namun Ng mengatakan perayaan Double Ten tidak memiliki keterkaitan apapun dengan separatisme.

This photo taken on October 4, 2021 shows Kuomintang (KMT) veteran Ng Hong-lim at a union office in Hong Kong ahead of Taiwan's national day on October 10 known as Veteran Kuomintang di Hong Kong, Ng Hong-lim. (AFP/PETER PARKS)

"Kini kami tidak diizinkan mengekspesikannya, namun kami masih mengenang itu di hati kami," kata pria 80 tahun tersebut kepada AFP di kantor serikat pro-KMT di Hong Kong.

Di ruangan itu, bendera ROC yang dikenal dunia sebagai Taiwan terpajang megah di samping revolusioner China, Sun Yat-sen.

Lahir di China daratan, atau yang dikenal sebagai Republik Rakyat China saat ini, Ng pergi ke Hong Kong pada dekade '50-an.

Kala itu, Hong Kong kembali berada di bawah kendali Inggris Raya usai Jepang menyerah terhadap Sekutu pada 1945.

Pada usia 15 tahun, Ng pergi demi Taiwan dan bergabung dalam pasukan dengan harapan membela ROC. Sampai saat ini pun ia masih berjanji setia untuk negara itu.

Namun peringatan Tang pada bulan lalu bak mimpi suram bagi Ng. Pemesanan restoran untuk lebih dari 100 meja oleh kelompok Ng tiba-tiba dibatalkan usai peringatan itu dirilis.

Sementara itu, warga Hong Kong, Lee Kwok-keung memiliki kenangan masa kecil yang indah tentang Double Ten.

"Banyak bendera langit biru cerah digantung, menutupi gunung dan jalan-jalan," kata Lee yang merupakan ketua serikat pekerja pro-KMT, merujuk pada bendera Kuomintang.

Bendera-bendera tersebut lenyap di jalanan usai peralihan Hong Kong ke China pada 1997. Namun perayaan masih diizinkan dalam cakupan yang kecil, momen ketika para pendukung KMT menyanyikan lagu-lagu patriotik dan berjanji setia di hadapan lambang matahari Kuomintang.

China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan mengharapkan penyatuan tersebut, meski harus menggunakan kekerasan.

Sementara di seberang Selat Taiwan, KMT yang kini menjadi partai oposisi di negara-pulau tersebut dinilai masyarakatnya sebagai partai pro-China.

"Kami selalu mendukung unifikasi dan menentang separatisme," kata Lee. "Jika seseorang mengadang acara perayaan dan menyebut perayaan 10 Oktober memisahkan Taiwan dari China, itu menambah kejahatan pada kami,"

Menyortir tumpukan foto dari hari-hari kala menjadi tentara di Taiwan, Ng menyebut dia tak punya pilihan lain selain tidak melakukan apapun pada Minggu (10/10).

Baik Lee dan Ng mengatakan mereka tidak akan "menantang" undang-undang keamanan nasional. Namun mereka masih berharap bisa merayakan hari itu di masa depan.

(afp/end)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER