Ledakan Bom Lagi di Masjid Syiah Afghanistan, 7 Orang Tewas
Ledakan bom kembali terjadi di masjid syiah di Afghanistan. Insiden itu kini terjadi di Kota Kandahar, Afghanistan, pada Jumat (15/10) siang waktu setempat.
Ledakan ini terjadi saat salat Jumat, kala jemaah Syiah sedang ramai-ramainya berkumpul dibandingkan hari lain, dikutip dari AFP.
Setidaknya tujuh orang tewas akibat serangan ini, kata seorang dokter. 15 orang lainnya dikabarkan luka-luka.
"Sejauh ini tujuh orang tewas dan 13 terluka telah dibawa ke rumah sakit kami," kata petugas medis rumah sakit pusat di Kandahar.
Sebelumnya, Afghanistan juga mengalami serangan bom bunuh diri di masjid Syiah di Kunduz pada Jumat (8/10). Setidaknya 46 orang tewas akibat insiden ini.
Lihat Juga : |
Namun, pejabat kesehatan Afghanistan menuturkan korban tewas bisa mencapai 70-80 orang.
ISIS-Khorasan (ISIS-K) mengklaim bahwa pihaknya menjadi dalang dari serangan ini.
Bom bunuh diri masjid di Kunduz ini terjadi empat hari setelah insiden bom serupa menerjang masjid di Ibu Kota Kabul pada Minggu (3/10). Serangan ini menewaskan lima orang.
Ledakan itu terjadi di gerbang masjid saat prosesi salat jenazah ibu juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, sedang berlangsung.
ISIS-Khorasan turut mengklaim bertanggung jawab atas teror itu.
Komunitas Muslim Syiah merupakan salah satu kelompok minoritas di Afghanistan. Banyak dari mereka adalah Hazara, sebuah kelompok etnis yang telah dianiaya di Afghanistan selama beberapa dekade baik oleh Taliban maupun kelompok miltan lainnya seperti ISIS.
Sejak 2014, ISIS telah lama menyatakan perang terhadap penganut syiah di Afghanistan, dikutip dari Associated Press.
Direktur Eksekutif Organisasi Hak Asasi Manusia dan Pemberantasan Kekerasan yang berbasis di Kabul, Wadood Pedram menyebut setidaknya 1.200 etnis Hazara tewas akibat serangan sejak 2015.
Mengutip Minority Rights, saat ini jumlah etnis Hazara di Afghanistan dikabarkan mencapai sembilan persen dari populasi negara itu. Meski begitu, etnis ini pernah menjadi mayoritas di Afghanistan dengan populasi hampir 67 persen sebelum abad ke-19.
Namun, angka ini turun drastis akibat pembantaian yang terjadi pada 1893.