Mulanya, Putri Mako dan Komuro akan melangsungkan pernikahan satu tahun usai pertunangan mereka, yakni pada 2018. Namun, pihak Kekaisaran merasa butuh persiapan lebih matang untuk menggelar acara tersebut.
Youtuber urusan Kekaisaran, Kei Kobuta, mengatakan Putri Mako, membuat pilihan yang salah.
"Ada banyak keraguan dan kekhawatiran tentang Kei Komuro dan ibunya, dan orang-orang takut citra keluarga kekaisaran akan ternoda," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah yang dihadapi Putri Mako membuat kesehatan mentalnya terganggu. Ia disebut sampai mengalami post traumatic stress disorder (PTSD). Namun, masih ada publik yang merasa dia memalsukan kesehatan psikisnya.
Setelah menikah pun, Putri Mako masih harus menanggung beban atas keputusannya. Berdasarkan aturan kekaisaran Jepang, anggota keluarga kerajaan harus menyerahkan gelar dan meninggalkan istana jika menikah dengan orang biasa.
Putri Mako pun menyanggupi syarat itu. Setelah resmi menikah, ia akan menjadi Mako Komuro.
Sementara itu, takhtanya hanya bisa diserahkan ke anggota laki-laki dari keluarga kekaisaran. Namun, anak dari perempuan anggota keluarga kekaisaran yang menikah dengan orang biasa juga tak bisa mewarisi takhta itu.
Putri Mako bukan satu-satunya anggota kekaisaran yang angkat kaki.
Sebelumnya, bibinya yang merupakan satu-satunya putri Kaisar Akihito, Sayako, juga memilih keluar dari kekaisaran karena ingin menikah dengan arsitek tata kota, Yoshiki Kuroda, pada 2005.
(isa/has)