Adik tiri dari Putri Jito sekaligus istri Pangeran Kusakabe naik tahta karena cucunya terlalu muda untuk memimpin.
Satu-satunya perempuan pengganti di kekaisaran. Hal ini terjadi karena dia anak dari Pangeran Kusakabe, putra dari Kaisar Tenmu. Secara langsung, dia juga berada di garis kekaisaran laki-laki.
Kenaikan takhta Gensho terjadi saat Genmei turun dari kursi kekuasaan usai sembilan tahun dan calon Kaisar Shomu masih dianggap terlalu muda untuk duduk di posisi kekaisaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putri Kaisar Shomu, Koken, menjadi perempuan pertama yang secara resmi ditunjuk sebagai pewaris takhta pertama saat putranya meninggal.
Perempuan itu naik takhta dengan nama Koken tetapi kemudian turun tahta. Kemudian sepupunya, Kaisar Junnin, memegang kendali pimpinan.
Selama masa pemerintahannya, perebutan kekuasaan meningkat antara Kaisar Junnin dan mantan Koken, yang didukung oleh biksu Buddha Doky, yang menjadi favorit.
Pendukung Junnin, Fujiwara Nakamaro, terus berusaha membangkitkan pemberontakan untuk mengamankan kembali otoritas, dan mereka menang.
Koken lalu mencopot Junnin dan naik takhta lagi untuk memerintah selama enam tahun sebagai Shotoku.
Dia menggantikan ayahnya, Kaisar Go-Mizunoo, yang tidak memiliki putra pada saat dia turun tahta menyusul perselisihan antara Keshogunan Tokugawa dan istana kekaisaran.
Namun, Meisho, memiliki seorang putra setelah turun takhta. Dia kemudian menyerahkan tahktanya saat bocah itu cukup dewasa menjadi Kaisar Go-Kōmyō.
Perempuan terakhir yang memimpin takhta adalah Go-Sakuramachi yang memimpin pada tahun 1762 hingga 1779 setelah kematian ayahnya dan pemberian saudara laki-lakinya.
The Conversation melaporkan ada perempuan yang tersohor dalam sejarah kepemimpinan Jepang.
Pemimpin perempuan yang paling tersohor adalah Himiko. Ia berhasil menyatukan sebagian wilayah menjadi kerajaan dan memerintah lebih dari 30 negara bagian pada 175 M.
Himiko tak menikah selama menjadi pemimpin. Ia menghabiskan waktu dengan sulap, sihir dan membantu urusan bagian negara saudaranya.
Namun, pembahasan mengenai identitas dirinya masih menjadi perdebatan. Tapi yang pasti, ia adalah pemimpin perempuan yang kuat selama memimpin Jepang.
(isa/bac)