Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengkritik sikap koersif China di Selat Taiwan. Ia melontarkan langsung kritik itu dalam forum yang dihadiri oleh Perdana Menteri China, Li Keqiang.
"AS sangat khawatir dengan aksi koersif dan proaktif China di Selat Taiwan," ujar Biden sebagaimana dilansir AFP, Rabu (27/10).
Ia kemudian mengatakan bahwa sikap China itu "mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biden mengutarakan pernyataan itu di East Asia Summit. Meski secara virtual, pertemuan ini dihadiri oleh Keqiang dan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Pernyataan lugas ini terlontar di tengah peningkatan ketegangan antara AS dan China terkait Taiwan. Sebelumnya, Biden juga menyatakan bahwa AS akan membela Taiwan jika diserang China.
"Ya, kami memiliki komitmen untuk itu," kata Biden tanpa ragu saat ditanya di CNN Townhall tentang AS akan membela Taiwan atau tidak.
Biden juga yakin AS mampu menyaingi pengembangan teknologi militer China yang pesat.
"Jangan khawatir tentang apakah mereka (China) akan lebih kuat. China, Rusia, dan seluruh dunia tahu bahwa kita memiliki militer paling kuat dalam sejarah dunia," tutur Biden.
Lihat Juga : |
Sebagai tanggapan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan bahwa pernyataan Biden tersebut dapat berisiko "merusak hubungan China-AS."
Sebagaimana dikutip AFP, Wang kemudian memperingatkan AS agar "hati-hati dalam bertindak dan berbicara mengenai isu Taiwan."
"China tak punya ruang untuk berkompromi terkait isu yang menyangkut kepentingan utama kami," katanya.
Ia kemudian berkata bahwa AS seharusnya tak meremehkan "tekad dan kemampuan kuat" mereka untuk mempertahankan diri dari ancaman yang dianggap dapat membahayakan kedaulatan.
Selama ini, China menganggap Taiwan masih menjadi bagian dari wilayah kedaulatan mereka di bawah prinsip "Satu China" yang diusung selama ini.
Namun, Taiwan terus bertekad untuk memisahkan diri. China pun selalu mengecam negara-negara yang berupaya membangun relasi resmi dengan Taiwan.
Dulu, AS tak pernah secara terang-terangan membela Taiwan. Namun, AS mulai terbuka memasang badan untuk Taiwan pada 2018, ketika mereka meneken Undang-Undang Relasi Taiwan (TRA).
Berdasarkan TRA, AS dapat menjalin hubungan dengan "rakyat Taiwan" dan pemerintahnya, tanpa menjelaskan secara spesifik pemerintahan yang dimaksud.
Sebagaimana dilansir Reuters, TRA juga menegaskan bahwa AS mau menjalin hubungan diplomatik dengan China atas dasar pemahaman bahwa "masa depan Taiwan" akan ditetapkan dengan damai.
(has)