Moskow Lockdown usai Rusia Catat Rekor Kematian Akibat Covid

CNN Indonesia
Kamis, 28 Okt 2021 21:05 WIB
Ibu kota Rusia, Moskow, menetapkan lockdown atau penguncian wilayah usai negara itu mencatat rekor kasus harian dan kematian Covid-19 pada hari ini, Kamis (28/10).
Angka kematian akibat COvid-19 di Rusia kembali pecah rekor. (AFP/OLGA MALTSEVA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ibu kota Rusia, Moskow, menetapkan lockdown atau penguncian wilayah usai negara itu mencatat rekor kasus harian dan kematian Covid-19 pada hari ini, Kamis (28/10).

Lockdown di Moskow hanya mengizinkan sektor esensial seperti apotek dan supermarket untuk buka. Sementara sekolah serta taman kanak-kanak ditutup.

Aturan lockdown parsial itu terjadi menjelang penutupan tempat kerja secara nasional selama sepekan mulai 30 Oktober

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa wilayah juga memutuskan memulai penguncian parsial di hari yang sama. Bahkan ada yang lebih dulu melakukannya demi menekan laju penularan infeksi Covid-19.

Di penguncian kali ini, penduduk Moskow masih diperbolehkan meninggalkan rumah mereka. Namun langkah itu memicu kekhawatiran para pejabat mengenai rekor jumlah kematian akibat Covid-19.

Rusia mencatat rekor kasus kematian tertinggi dengan 1.159 kematian dalam 24 jam terakhir. Sementara jumlah kasus harian menembus angka 40 ribu, untuk pertama kalinya.

Di Majelis rendah parlemen negara bagian Duma, Vyacheslav Volodin, mengusulkan agar seluruh anggota parlemen divaksinasi dan menyarankan bekerja dari rumah.

"Bayangkan konsekuensi bagi negara jika parlemen berhenti bekerja. Setiap hari kami melihat bagaimana rekan kami berakhir di ranjang rumah sakit," katanya kepada majelis rendah.

Usulan Volodin disambut kemarahan di ruang parlemen.

"Parlemen macam apa ini?" teriak seseorang.

Sementara warga Moskow mengaku ada perasaan campur aduk menyoal lockdown di kota itu. Beberapa mengatakan langkah tersebut memang akan memperlambat infeksi.

Namun yang lain menyampaikan keraguannya akan dampak dari sebagian besar populasi yang tidak divaksin.

"Menurut pendapat saya, itu tidak akan mengubah apapun. Mungkin, itu akan sedikit memperlambat (penularan Covid-19)," kata salah satu warga Moskow, Mikhail.

Ia lalu melanjutkan, "Tetapi pada kenyataanya, tanpa kekebalan kelompok itu cuma omong kosong. Saya tidak percaya itu akan berhasil."

Lonjakan kasus Covid-19 di Rusia dipicu salah satunya karena tingkat vaksinasi yang rendah.

Banyak warga Rusia yang enggan divaksin dan menolak empat merk vaksin yang diresmikan pemerintah, termasuk buatan negerinya, Sputnik V.

Beberapa orang ragu karena ketidakpercayaan terhadap pihak berwenang, sementara yang lain khawatir akan keamanan vaksin.

Demi menggenjot vaksinasi, menurut laporan media Kommersant, pemerintah disebut mencoba mengubah kampanye informasi publik yang selama ini dianggap bermasalah dengan menghadirkan informasi pentingnya vaksinasi.

Kampanye itu akan memerhatikan lebih dari 80 wilayah Rusia dengan penyampaian yang lebih lembut daripada sebelumnya.

Kampanye yang ada kerap menyoroti risiko kematian bagi warga Rusia yang menolak vaksinasi alih-alih menghubungkannya dengan pencabutan penguncian wilayah, kata laporan itu.

Namun, Kremlin membantah merencanakan peluncuran kembali kampanye itu. Mereka mengklaim strategi tersebut terus disesuaikan dan kampanye akan dilanjutkan.

Sejauh ini total kasus Covid-19 di Rusia mencapai 8,22 juta dan 230 ribu kematian.

Sementara jumlah populasi yang divaksinasi secara penuh baru 33 persen atau 47 juta, dan orang yang menerima satu dosis vaksin 36 persen atau 56 juta jiwa.



(bac/bac)


[Gambas:Video CNN]
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER