Diburu Taliban, Eks Intel dan Tentara Afghanistan Masuk ISIS

CNN Indonesia
Selasa, 02 Nov 2021 18:03 WIB
Sejumlah mantan anggota intelijen dan tentara Afghanistan era Presiden Ashraf Ghani dilaporkan masuk ISIS karena takut diburu Taliban.
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah mantan anggota intelijen dan tentara Afghanistan era Presiden Ashraf Ghani dilaporkan masuk ISIS karena takut terus diburu oleh Taliban setelah kelompok itu berkuasa.

Beberapa pejabat keamanan Afghanistan dan sejumlah orang yang mengenal para pembelot itu mengonfirmasi kabar tersebut kepada The Wall Street Journal (WSJ).

Seorang sumber itu mengatakan bahwa jumlah mantan personel yang masuk ISIS memang terbilang kecil, tapi terus bertambah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sumber-sumber itu juga menyoroti kemampuan para mantan personel itu, mulai dari kemahiran mereka menghimpun informasi hingga teknik perang. Mereka khawatir ISIS akan semakin kuat melawan Taliban jika semakin banyak mantan personel bergabung.

Seorang mantan pejabat Afghanistan kemudian bercerita bahwa salah satu rekannya yang merupakan eks komandan gudang senjata di Gardez juga sudah masuk ISIS. Pria itu tewas dalam bentrokan dengan Taliban beberapa pekan lalu.

Beberapa warga lain juga bersaksi bahwa tetangganya yang merupakan mantan personel militer atau intelijen Afghanistan di bawah pemerintahan Ghani sudah masuk ISIS.

Mantan badan mata-mata Afghanistan, Rahmatullah Nabil, mengatakan bahwa saat ini memang banyak mantan militer di daerah pinggiran yang memilih untuk masuk ISIS karena merasa ditinggal Amerika Serikat.

"Di sejumlah daerah, ISIS sangat menarik. Jika ada pasukan perlawanan, mereka akan masuk ke kelompok itu. Saat ini, hanya ISIS yang punya kelompok bersenjata aktif," ucap Nabil.

Saat ini, ISIS memang terus meningkatkan serangannya di Afghanistan. Sebagaimana dilansir Reuters, sudah ada beberapa serangan besar ISIS sejak Taliban berkuasa di Afghanistan pada pertengahan Agustus lalu.

Pada akhir Agustus, ISIS-K melakukan bom bunuh diri di bandara Kabul. Saat itu, bandara sedang disesaki warga yang berebut evakuasi. Alhasil, bom bunuh diri itu menewaskan 183 orang, termasuk 13 personel militer Amerika Serikat.

Pada 3 Oktober, ISIS melancarkan bom bunuh diri di depan salah satu masjid di Kabul yang menewaskan lima orang. Bom itu meledak ketika umat berkumpul untuk berdoa bagi ibunda juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, yang meninggal dunia.

Pada 8 Oktober lalu, ISIS kembali mengebom salah satu masjid Syiah di Kunduz dan merenggut setidaknya 46 jiwa dan melukai 143 orang lainnya.

[Gambas:Video CNN]

Sepekan kemudian, 16 Oktober, ISIS kembali mengebom masjid Syiah di Afghanistan yang menewaskan 47 orang.

Taliban sendiri mengklaim bahwa mereka sudah menumpas sel-sel ISIS di Afghanistan. Namun, serangan masih terus terjadi.

Serangan-serangan ini dianggap dapat membuat komunitas internasional mempertanyakan kemampuan Taliban membendung ISIS dan menjamin keamanan di Afghanistan.

Kemampuan Taliban ini dianggap sangat penting di tengah upaya mereka untuk mendapatkan pengakuan internasional. Pengakuan itu sangat krusial agar Taliban dapat mengatasi berbagai krisis di Afghanistan.

(has/bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER