Aset Afghanistan yang dibekukan di Amerika Serikat dan diminta Taliban ditaksir mencapai US$7 miliar atau setara Rp99,8 triliun.
Aset itu disebut tersimpan di Federal Reserve Bank of New York. Sementara di negara-negara Eropa lainnya seperti di Bank for International Settlements, aset negara itu ditaksir mencapai US$1,3 miliar (Rp18,5 triliun).
Total aset Afghanistan di luar negeri mencapai US$8,3 miliar atau setara Rp118,3 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi ini disampaikan oleh mantan pejabat gubernur bank sentral Afghanistan, Ajmal Ahmady, dikutip dari New York Times.
Afghanistan kini menghadapi krisis ekonomi. Sejak Taliban berkuasa atas negara itu, bantuan internasional kian sulit didapatkan. Tak hanya itu, pemerintah Taliban harus membuka lowongan kerja dengan upah gandum akibat krisis ini.
Kebijakan ini dilakukan untuk menangani ancaman kelaparan yang menghantui Afghanistan. Pihak Taliban menargetkan 'pembayaran tanpa uang' ini untuk pengangguran Afghanistan yang terancam kelaparan saat musim dingin nanti.
"Ini adalah langkah penting untuk menangani pengangguran," tutur juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid dalam AFP.
Kabarnya, Taliban akan mendistribusikan 11.600 ton gandum di Kabul. Sementara itu, 55.000 ton gandum lainnya akan didistribusikan di beberapa daerah Afghanistan, seperti Herat, Jalalabad, Kandahar, Mazar-i-Sharif, dan Pol-i-Khomri.
Rencananya, para pekerja yang direkrut akan bertugas menggali saluran air dan teras resapan salju kala musim dingin untuk memerangi kekeringan di negara itu.
Akibat krisis ekonomi ini, Taliban mendesak pihak internasional untuk mencairkan aset Afghanistan yang ada di bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, dan beberapa bank sentral di Eropa.
Namun, aset-aset itu telah dibekukan sejak Taliban menggulingkan pemerintah Afghanistan pada pertengahan Agustus lalu.
"Uang itu milik negara Afghanistan. Berikan kami uang kami sendiri," kata juru bicara Kemenkeu Afghanistan, Ahmad Wali Haqmal kepada Reuters.
Mengutip PBS, Dana Moneter Internasional (IMF) menghentikan pemberian dana senilai lebih dari $400 juta (Rp5,7 triliun) kepada Afghanistan karena kurangnya pengakuan dari masyarakat internasional atas kepemimpinan Taliban.
AS juga menolak mencairkan aset bank sentral Afghanistan yang bernilai setara Rp100 triliun, yang kini dipegang Federal Reserve Bank of New York.
Cadangan devisa bank sentral Afghanistan sendiri mencapai US$9 miliar (Rp128 triliun).
(pwn/bac)