Ibarat pedang bermata dua, presidensi G20 tak hanya mengangkat posisi RI di mata dunia. Ada semacam beban tekanan bagi Indonesia pantau negara-negara lain, khususnya dalam mengatasi masalah iklim.
Pembentukan G20 bertujuan agar negara selain G7 dapat mengikuti diskusi ekonomi dan keuangan global yang dilakukan kelompok itu. Kini, isu perubahan iklim turut menjadi salah satu masalah yang diperbincangkan di pertemuan bergengsi ini.
Mengutip situs resmi G20, pertemuan G20 ialah forum internasional yang mengumpulkan negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Setelah krisis ekonomi yang terjadi pada 1997, negara yang tergabung dalam G7 memutuskan untuk membentuk G20.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia ingin G20 memberikan contoh, Indonesia ingin G20 memimpin dunia, dalam bekerja sama mengatasi perubahan iklim dan mengelola lingkungan secara berkelanjutan dengan tindakan nyata," kata Presiden RI Joko Widodo.
Jokowi menegaskan, Indonesia memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam penanganan perubahan iklim global. Alasannya, Indonesia adalah salah satu negara dengan hutan tropis dan hutan bakau terbesar di dunia.
Mengemban kedudukan presidensi G20 membuat sikap Indonesia dalam mengatasi masalah iklim akan menjadi sorotan dunia internasional."Posisi Indonesia untuk isu perubahan iklim adalah sangat konsisten. Kita bekerja keras memenuhi yang sudah kita janjikan. Kita (Indonesia) tidak ingin ikut dalam retorika yang akhirnya tidak dapat kita jalankan," kata Jokowi.
"Rencana kebijakan yang sedang dipersiapkan RI akan terus dimonitor, dikritik, dan ditanggapi oleh dunia, dengan tingkat kesantunan bahasa yang sangat berbeda," tutur Pengamat Hubungan Internasional (HI) Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/11) ketika ditanya soal pengaruh presidensi G20 bagi Indonesia.
"Atensi dan mata dunia akan tertuju ke Indonesia," ucap Pengamat HI Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana pada CNNIndonesia.com, Selasa (2/11) saat ditanyai pertanyaan yang sama.
Tak hanya bakal jadi sorotan masyarakat internasional, Indonesia kemungkinan berhadapan dengan desakan negara-negara yang memiliki komitmen iklim tinggi.
"Saya kira akan ada tekanan dan itu sudah jelas termasuk dari kami, juga dari negara-negara yang lain di G20 yang mempunyai komitmen iklim yang lebih jelas dan lebih ambisius dari Indonesia," tutur Country Director Greenpeace Leonard Simanjuntak kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/11).
Lihat Juga : |
Beberapa negara yang memiliki komitmen iklim yang kuat antara lain European Union, Inggris, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang, menurut Leonard.
Tak hanya menghadapi desakan dari negara dengan komitmen iklim yang kuat, Indonesia juga harus mendorong dan memberi contoh negara yang belum berkomitmen mengatasi perubahan iklim.
Indonesia harus bisa membuat negara-negara itu bersedia masuk ke dalam kesepakatan yang bertujuan menjaga kenaikan suhu Bumi tak lebih dari 1,5 derajat celsius.
"Indonesia seharusnya mendorong negara-negara yang komitmen iklimnya kurang ambisius, seperti China dan India, atau bahkan problematik seperti Saudi Arabia dan Australia, untuk masuk ke jalur 1,5 derajat," kata Leonard.
"Problemnya, Indonesia sendiri komitmen iklimnya masih kurang ambisius dan belum masuk ke jalur 1,5 derajat."
Tugas Presidensi G20, baca di halaman berikutnya...