Dibekap Asap Pekat Batu Bara, China Tutup Jalan Raya dan Sekolah

CNN Indonesia
Jumat, 05 Nov 2021 19:12 WIB
Pemerintah China menutup jalan raya dan sekolah di sejumlah kota karena polusi udara akibat asap batu bara pada Jumat (5/11).
Polusi asap batu bara di Kota Datong, China. (AFP/NOEL CELIS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah China menutup jalan raya dan sekolah di sejumlah kota karena polusi udara akibat asap batu bara pada Jumat (5/11). China tengah meningkatkan pemakaian batu bara dan tengah mendapatkan tekanan internasional karena emisi gas rumah kaca yang dihasilkan negara itu.

Menurut Badan Ramalan Cuaca China, kabut asap menyelimuti daerah utara China pada Jumat (5/11). Akibat kabut ini, jarak pandang di beberapa daerah berkurang hingga di bawah 200 meter.

Otoritas Beijing menyalahkan polusi ini terjadi karena cuaca yang tak mendukung dan penyebaran polusi regional. Padahal, sekolah di ibu kota negara itu telah diimbau untuk menghentikan kelas tatap muka mereka dan aktivitas di luar ruangan kala menyambut Olimpiade Musim Dingin di Februari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa jalan raya di Kota Shanghai, Tianjin, dan Harbin ditutup pada Jumat (5/11) karena kurangnya jarak pandang, dikutip dari AFP.

Stasiun pemantau polusi udara mendeteksi level polusi di Beijing mencapai tahap 'sangat tidak sehat' bagi populasi wilayah itu. Udara Beijing hari ini mengandung partikel polutan, yakni PM 2,5 hingga 220. Padahal, partikel ini hanya boleh ada pada angka 15.

Pemerintah Beijing memprediksi kabut ini akan terus menutupi kota itu hingga Sabtu (6/11) sore.

Sebelumnya, China berencana mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) fosil hingga di bawah 20 persen pada 2060 mendatang. Rencana ini tertuang dalam dokumen kabinet yang diterbitkan oleh media pemerintah setempat.

Namun, dalam dokumen tersebut tidak dirinci langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah China untuk dekarbonisasi atau upaya mengurangi emisi karbon.

Tak hanya itu, China secara bertahap berencana melakukan transisi energi. Pada 2030, energi yang digunakan Beijing dari sumber bahan bakar non-fosil akan mencapai 25 persen. Kemudian, pada 2060, China menargetkan 80 persen dari total penggunaan energinya berasal dari bahan bakar non-fosil.

Walaupun demikian, Presiden China Xi Jinping, tidak menghadiri Konferensi Perubahan Iklim (COP26) secara langsung. Keputusan ini menuai kontra dari Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.

Dalam acara itu, Biden menyebut China tak mau terlibat atau menjauh dari perbincangan masalah iklim. Pernyataan ini dibalas oleh China.

"Tindakan menunjukkan lebih banyak daripada ucapan," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, Rabu (3/11).



(pwn/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER