Beberapa hari lalu, China disebut mengalami fenomena panic buying. Beberapa media internasional mengatakan stok pangan di negara itu tengah diborong masyarakat.
Strait Times menyebutkan, biskuit dan daging kaleng menjadi makanan yang paling dicari masyarakat China. Tak hanya itu, pesanan untuk biskuit melonjak di pasar online negara itu.
Beberapa barang lain yang diburu penduduk Negeri Tirai Bambu ialah nasi, saus kedelai, saus sambal, dan mie, menurut website perusahaan Taobao Alibaba Group Holding Ltd's.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip South China Morning Post, melonjaknya pembelian oleh warga ini dimulai dari pemberitahuaan Kementerian Perdagangan China yang mengimbau pemerintah setempat untuk menjaga suplai dan harga pangan, pada Senin (1/11).
"Keluarga (di China) diminta untuk menyimpan beberapa produk yang dibutuhkan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kondisi darurat," ucap kementerian itu.
Imbauan ini menimbulkan kepanikan dan debat panas di dunia maya China. Beberapa pengguna bahkan menduga imbauan ini diberikan untuk mempersiapkan diri akan kemungkinan pecahnya perang China-Taiwan.
"[Pemerintah] bahkan tidak menyuruh kami untuk menyetok bahan pangan saat pandemi Covid-19 terjadi pada 2020," tulis salah satu pengguna Weibo menyampaikan kecurigaannya, seperti dikutip CNN.
Walaupun tidak ada bukti bahwa China tengah mempersiapkan perang, munculnya kepanikan di jagat maya mengindikasikan ketegangan antara kedua belah pihak.
"Ini (kepanikan masyarakat) memperlihatkan ketegangan geopolitik yang terjadi antara China dan negara-negara tetangganya," kata asisten profesor di Chinese University of Hong Kong, Willy Lam.
Untuk menepis kabar ini, pemerintah China menyampaikan bahwa suplai pangan di negara itu cukup dan terjamin, dikutip dari Straits Times.
Tak hanya itu, media lokal Economic Daily juga mengatakan imbauan tadi disampaikan untuk mempersiapkan diri akan terjadinya penguncian (lockdown) di negara itu akibat penyebaran varian Delta.
Pemerintah China sendiri memilih strategi nol-Covid untuk menangani pandemi. China kerap melakukan lockdown untuk mencegah penyebaran infeksi. Namun, kebijakan ini berimbas pada kenaikan harga pangan.
Pejabat di Biro Perdagangan Kota Beijing, Wang Hongcun, mengakui bahwa pengetatan tindak pencegahan infeksi ini memengaruhi kenaikan harga pangan. Pasalnya, lockdown dapat membuat ongkos transportasi pangan menjadi lebih mahal.