Pemerintah Ethiopia dilaporkan menangkap puluhan warga suku Tigray mulai dari CEO perusahaan, pendeta, hingga staff Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di negara Afrika itu.
Laporan penangkapan itu terjadi ketika pertempuran antara pemerintah Ethiopia dengan pemberontak suku Tigrayan terus memanas dalam beberapa pekan terakhir.
Lihat Juga : |
Seorang pejabat senior Ethiopia yang enggan disebutkan identitasnya mengklaim penangkapan sewenang-wenang ini "tidak terkendali".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi Ethiopia membantah menargetkan warga suku Tingrayan. Mereka menilai orang yang mereka tangkap memiliki hubungan dengan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), yang telah memerangi pemerintah pusat selama bertahun-tahun.
Pada Selasa (9/11), kepolisian Athiopia dilaporkan menahan Daniel Tekeste, CEO Lion Bank yang berasal dari suku Tingrayan bersama dengan lima staf lain, kata seorang karyawan bank kepada Reuters.
Tekeste dan lima staf lainnya akhirnya dibebaskan pada malam itu juga.
Seorang juru bicara PBB mengatakan selain 16 staf, 72 pengemudi yang dikontrak oleh Program Pangan Dunia (WFP) organisasinya juga ditangkap pemerintah Ethiopia.
Meski begitu, PBB tak menyebutkan etnis mereka yang ditangkap.
Sementara itu, tiga pejabat tinggi dari administrasi Tigray yang ditunjuk federal sempat ditangkap pada minggu lalu, tetapi telah dibebaskan.
Walaupun demikian, masih banyak pekerja regional Tigray tingkat menengah dan bawah yang ditahan pemerintah Ethiopia.
Abraha Desta, mantan anggota level kabinet pemerintahan Tigray, yang pernah menjadi kritikus terkemuka TPLF, ditangkap pada Oktober lalu. Penangkapan ini dilakukan setelah ia secara terbuka mencela penangkapan orang Tigray yang dilakukan pemerintah.
Tak hanya itu, ada 37 pendeta dan pekerja keagamaan yang ditangkap dari empat gereja di ibu kota Addis Ababa, menurut laporan seorang pendeta yang dipenjara.
Tadele Gebremedhin, seorang pengacara Tigray yang menangani kasus penangkapan wartawan dan pejabat senior TPLF, ditangkap di rumahnya pada 4 November.
Juru bicara pemerintah Ethiopia, Legese Tulu, tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters terkait penangkapan ini.
Juru bicara kepolisian federal Ethiopia, Jeylan Abdi, mengatakan dia tidak berwenang untuk mengomentari penahanan. Sementara itu, juru bicara kepolisian Addis Ababa, Fasika Fante, mengatakan pada pekan lalu mereka yang ditahan "langsung atau tidak langsung" mendukung TPLF.
Jaksa Agung Gedion Timotheos tidak menanggapi permintaan komentar tetapi sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa penangkapan dilakukan disertai pemeriksaan dan keseimbangan untuk memastikan orang yang tidak bersalah bisa dibebaskan.
Ethiopia telah mendeklarasikan status darurat nasional selama enam bulan, usai pasukan TPLF merebut sejumlah kota di Amhara dan berencana menuju ibu kota, Addis Ababa, beberapa waktu lalu.
Menteri Kehakiman Ethiopia, Gedion Timothewos, mengumumkan darurat militer itu Selasa (2/11), setelah TPLF mengklaim berhasil merebut Dessie, Kombolcha, dan Burka dalam beberapa hari terakhir.
"Negara kami menghadapi bahaya besar terhadap keberadaan, kedaulatan, dan persatuannya. Dan kami tidak bisa menghilangkan bahaya ini melalui sistem dan prosedur penegakan hukum yang biasa," kata Timothewos.
Sejak akhir 2020, baku tembak antara pemerintah Ethiopia dan TPLF semakin memburuk.
TPLF berambisi memperjuangkan hak-hak warga suku Tigrayan, kelompok etnis minoritas yang berjumlah 5 persen dari populasi Ethiopia. Selama ini, warga suku Tigrayan merasa kerap terpinggirkan oleh pemerintah pusat.
Menurut PBB, konflik antara pemerintah Ethiopia dengan TPLF telah merenggut ribuan nyawa dan menyebabkan lebih dari 400 ribu orang terlantar kelaparan.
(pwn/rds)