6 Cara Aneh Kim Jong-un Tangani Krisis Pangan Korut

CNN Indonesia
Jumat, 19 Nov 2021 15:43 WIB
Kim Jong-un dikabarkan menerapkan aturan yang tak biasa demi menghadapi krisis pangan Korea Utara yang terus memburuk.
Kim Jong-un meminta warga berhemat termasuk kurangi makan hingga 2025. (Foto: via REUTERS/KCNA)

4. Hukum Warga yang Curi Jagung Masuk Kamp Kerja Paksa

Korut menghukum warganya yang kedapatan mencuri jagung ke kamp kerja paksa. Pencurian ini dilakukan karena warga tak lagi kuat menghadapi krisis pangan yang melanda negara itu.

Dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah mengambil 60 persen hasil tani, sementara petani dapat membawa pulang 40 persen sisanya.

Bagian mereka ini tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi hasil tani di sejumlah daerah belakangan ini berkurang 20 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan krisis pangan tahun ini, kehidupan para petani kian sengsara. Beberapa dari mereka lantas berupaya mengelabui sistem.

"Lima hari lalu, lima petani tertangkap menyembunyikan jagung dalam satu inspeksi. Mereka dihukum lima bulan di pusat kerja paksa," ucap seorang sumber pemerintahan Korut.

5. Jual Beras Jatah Tentara untuk Warga

Pada Agustus lalu, pemerintah Korea Utara dilaporkan menggunakan persediaan beras jatah tentara untuk dijual kepada penduduk yang membutuhkan beras yang semakin langka.

Menurut laporan Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS), pemerintah Korut bakal menjual beras logistik milik angkatan bersenjata kepada rakyat yang kesulitan bahan pangan, buruh dan lembaga desa.


6. Bikin Kupon Pengganti Uang

Tak hanya mengalami krisis pangan, Korut juga dikabarkan tengah mengalami krisis uang kertas.

Berbagai media mengutip sumber tak dikenal di Korut melaporkan kekurangan uang kertas membuat Bank sentral negara pimpinan Kim Jong-un itu sampai harus mencetak kupon senilai sekitar US$1 (Rp14 ribu) sebagai pengganti alat transaksi warga.

Pemerintah Korut juga dikabarkan menggunakan kupon-kupon yang dinamakan Tonpyo itu untuk menggaji pegawai.

Rimjin-gang, sebuah situs berita di Jepang yang dioperasikan pembelot Korea Utara, melaporkan bahwa kupon tersebut beredar setidaknya sejak Agustus.

Salah satu penyebabnya kekurangan uang kertas itu dilaporkan karena Korea Utara belum menerima kertas dan tinta yang dikirim dari China guna mencetak uang kertas resmi.

Kelangkaan kertas dan tinta itu terjadi karena sampai saat ini Korea Utara masih menutup perbatasan akibat pandemI Covid-19.

(pwn/rds)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER