Para perempuan yang menentang kuasa Taliban juga selalu dalam bayang-bayang kematian.
Salah satunya, aktivis perempuan Afghanistan, Forouzan Safi. Ia pernah turut memprotes Taliban sebelum akhirnya tewas pada Oktober akhir Oktober lalu.
Safi merupakan pengacara hak-hak sipil sekaligus dosen ekonomi di kota Mazar-i-Sharif, Afghanistan utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Safi dilaporkan meninggalkan rumah di hari itu dengan membawa paspor. Ia terlanjur yakin, ada seseorang yang akan membantu dirinya keluar dari Afghanistan.
Lihat Juga : |
Tak lama setelah meninggalkan rumah, ia ditemukan tewas penuh dengan peluru di tubuhnya bersama tiga perempuan lain, yang juga meninggal.
Rekan Safi, yang juga menjadi jurnalis, Ayoubi yakin pembunuhan yang menimpa tiga perempuan itu mampu meredam pergolakan perjuangan hak-hak perempuan di Afghanistan.
Menurutnya, Taliban berhasil menciptakan ketakutan dan kengerian untuk menghentikan protes perempuan. Di aksi sebelumnya, Taliban juga dilaporkan memukul beberapa perempuan.
Ayoubi mengatakan Taiban telah menangkap setidaknya satu orang dari daftar nama-nama perempuan yang disebut pernah mengikuti protes menentang pemerintahan itu.
Taliban, katanya, mulai berkeliling, membaca nama-nama itu kemudian mengancam mereka.
"Jika kami bisa tahu nama dan jumlah pasti Anda yang hadir dalam protes, sangat mudah bagi kamu menemukan dan memburu Anda," ucap Ayoubi meniru pernyataan Taliban.
Meski sejumlah lembaga dan komunitas internasional menekan Taliban agar menjunjung hak-hak perempuan, tapi mereka seperti abai. Pembatasan dan pelarangan masih ada, di tengah krisis ekonomi yang melanda.
(isa/bac)