Lauterbach, Epidemiolog Jadi Menkes Jerman di Tengah 'Badai' Covid

CNN Indonesia
Jumat, 10 Des 2021 11:42 WIB
Menkes baru Jerman, Karl Lauterbach, bakal memikul beban berat penanganan Covid-19 di tengah kasus positif yang melonjak di Jerman.
Tugas utama Lauterbach mengatasi gerakan antivaksin di Jerman. (AFP/JOHN MACDOUGALL)

Pejabat Kesehatan Jerman menyambut baik penunjukkan Lauterbach sembari menyatakan fokus utama Menkes baru itu ialah memecahkan masalah penolakan vaksin. Hanya 69,2 persen masyarakat Jerman yang telah mendapatkan vaksin lengkap, dibandingkan Portugal yang mencapai 87,3 persen, dikutip dari Reuters.

"Tantangan utama yang dia (Lauterbach) hadapi ialah meyakinkan orang yang belum divaksinasi untuk mendapatkan vaksin. Dia harus memotivasi mereka dengan kampanye positif dan pesan yang mudah dimengerti:'Jika Anda divaksin, Anda membawa dampak baik bagi diri Anda dan orang sekitar Anda," kata Dirk Heinrich, Ketua Asosiasi Dokter Virchowbund Jerman.

Jerman sendiri menghadapi penolakan vaksin dari beberapa kelompok warga negara itu. Hoaks yang beredar menjadi salah satu alasan mengapa ada beberapa masyarakat yang menolak divaksin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Machally, salah satu WNI yang kini tinggal di Jerman, sempat menyinggung beberapa hoaks yang beredar di Jerman terkait vaksin.

"Misal, bahwa vaksin bisa menyebabkan keturunan kena keterbelakangan mental. Beberapa orang bahkan tak percaya corona ada sama sekali. Mungkin itu sedikit yang pernah saya dengar dari orang yang tidak divaksin. Yang lain ada yang percaya ada microchip dalam vaksin," kata Machally kepada CNNIndonesia.com, Selasa (23/11).

Desas desus hoaks vaksin di Jerman juga dibenarkan oleh WNI lain, Mira. Mira mengatakan bahwa teori konspirasi terkait vaksin banyak beredar di negara itu.

"Misalnya, vaksin ini adalah konspirasi orang-orang tertentu seperti Bill Gates, yang vaksinasi chip untuk mengontrol manusia, itu juga ada. Atau juga ada hoaks lain yang beredar seperti bahwa vaksin itu tidak manjur, atau efek sampingnya bisa menyebabkan kanker," cerita Mira ketika diwawancara CNNIndonesia.com, Kamis (25/11).

(pwn/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER