Berbeda dengan Perang Dunia I, Malam Natal di Perang Dunia II dipenuhi dengan pertempuran sengit. Sejak 16 Desember 1944 hingga 16 Januari 1945, dunia mengalami Pertempuran Bulge atau Pertempuran Ardennes.
Mengutip Britannica, pertempuran itu merupakan serangan besar Jerman yang terakhir untuk mengusir Front Barat dari wilayah Jerman.
Sementara itu, peperangan ini terjadi selama kondisi cuaca dingin, dengan sekitar 30 divisi Jerman menyerang pasukan Amerika. Korban akibat pertempuran ini mencapai lebih dari 100 ribu orang, sebagaimana dilansir History.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasukan kala itu juga harus mengalami 'cedera dingin,' seperti trench foot, radang paru-paru, dan radang dingin.
Di awal peperangan ini, cuaca dikabarkan tak mendukung. Hingga pada Hari Natal, kondisi cuaca akhirnya cerah dan memungkinkan Angkatan Udara Sekutu untuk menyerang.
"Pada pagi Natal yang cerah, jelas, dan dingin pada 1944, tanah membeku," kata Jenderal Omar Bradley kepada Leader.
"Tank dan angkatan udara akhirnya bisa bermanuver, dan memberikan bantuan pada kami semua yang tadinya diblokir. Itu adalah tanda penyambutan saat matahari terbit. Itu mengartikan kami masih hidup untuk satu hari lagi," ceritanya.
Menurut data Kementerian Pertahanan AS yang dikutip dari History, lebih dari satu juta pasukan Sekutu berperang dalam Pertempuran Bulge. Sebanyak 19.000 pasukan terbunuh, 47.500 orang terluka, dan lebih dari 23.000 orang hilang.
Tak hanya itu, sekitar 100.000 orang Jerman dibunuh, terluka, atau ditangkap.
(pwn/bac)