Setidaknya 56 orang, termasuk anak-anak, tewas akibat serangan udara pasukan Ethiopia di Tigray, kawasan di mana pemberontak bermarkas, Sabtu (8/1).
"Serangan drone tak berperasaan oleh [pasukan Perdana Menteri] Abiy Ahmed di kamp pengungsi di Dedebit menghilangkan nyawa 56 warga sipil," ujar juru bicara Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), Getachew Reda, seperti dikutip Reuters.
Hingga berita ini diturunkan, AFP dan Reuters belum dapat mengonfirmasi laporan mengenai kematian ini karena pihak pemerintah Ethiopia belum memberikan konfirmasi langsung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, seorang pejabat senior di rumah sakit utama di Ibu Kota Tigray, Mekele, mengatakan bahwa pihaknya memang menerima 55 orang meninggal dunia dan 126 lainnya yang terluka akibat serangan tersebut.
Dalam beberapa bulan belakangan, Tigray kembali menjadi titik panas pertempuran antara pasukan pemberontak dan kelompok loyalis pemerintah.
Pertempuran itu sempat meluas ke beberapa kawasan lain di Ethiopia. Namun kemudian, TPLF kembali mundur ke Tigray karena gempuran pasukan pemerintah.
Walau TPLF sudah mundur, mereka mengklaim pasukan pemerintah tetap melakukan serangan di Tigray. Serangan-serangan itu kerap kali menewaskan warga sipil, terutama yang mengungsi di kamp-kamp perlindungan.
Komisioner Tinggi PBB untuk urusan Pengungsi, Filippo Grandi, pun menegaskan bahwa pengungsi "tak boleh menjadi target."
"Sementara UNHCR masih mengumpulkan detail mengenai kejadian ini, saya menekankan seruan bagi semua pihak yang berkonflik agar menghormati hak asasi semua warga sipil, termasuk pengungsi," tutur Grandi.
(has)