Penahanan Ehmet bermula ketika kepolisian menggerebek rumahnnya pada 2017 di distrik Manas, barat Xinjiang. Pihak berwenang dikabarkan turut meminta Ehmet melepas kerudung hitam yang dikenakannya.
Aparat juga dikabarkan tak mengizinkan Ehmet untuk berganti baju dan mengambil obat-obatannya sebelum dibawa pergi, tutur orang yang mengetahui situasi tersebut.
Staf di departemen kepolisian Manas menolak menjawab pertanyaan terkait Ehmet. Namun, ada seorang polisi yang mengakui Ehmet ditahan, namun tetap menuturkan itu adalah rahasia negara dan tak memberikan informasi lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber lain yang memiliki pengetahuan akan masalah ini mengatakan otoritas tidak mengadili Ehmet, tetapi malah mengirimkan surat putusan pengadilan kepada keluarganya.
Lihat Juga : |
Ehmet dikabarkan tak memiliki keluarga lagi setelah suaminya dihukum mati, orang tuanya meninggal dunia, dan anaknya tak diketahui keberadaannya.
"Pernyataan vonis ini secara singkat merangkum alasan penculikannya bersama dengan hukuman penjaranya," ujar sumber itu lagi seperti dikutip Radio Free Asia.
Selain Ehmet, pihak berwenang China juga menahan banyak tetangganya dalam razia yang sama pada 2017 lalu.
Otoritas China memang semakin sering menargetkan dan menangkap beberapa pebisnis, intelektual, figur politik, dan figur budaya di Xinjiang, beberapa tahun terakhir..
Penangkapan ini merupakan bagian dari kampanye China memantau, mengontrol, dan mengasimilasi anggota kelompok minoritas yang dianggap terkait dengan aktivitas terorisme dan ekstremis agama, salah satunya Uighur.
Selama ini, China bahkan diduga menahan jutaan warga Uighur di Xinjiang dalam kamp-kamp layaknya kamp penahanan. Di kamp tersebut, jutaan warga Uighur disebut didoktrin dan diperintahkan untuk menanggalkan segala ajaran agama dan bersumpa setia kepada pemerintah China dan Partai Komunis.
Dugaan pelanggaran HAM itu pun sudah menjadi perhatian dunia sejak lama. Namun, selama ini pemerintah China membantah penahanan jutaan etnis Uighur.
Beijing bahwa mereka hanya ditampung di kamp-kamp pendidikan vokasi sebagai upaya pemerintah memberdayakan mereka dan mencegah radikalisme.