Salah satu perusahaan bimbingan belajar (bimbel) terbesar di China terpaksa memecat 60 ribu staf mereka pada tahun lalu. Pemecatan ini dilakukan imbas aturan pemerintah Xi Jinping melarang les dan bimbingan belajar di negara itu.
Pendiri dan Ketua lembaga New Oriental Education & Technology, Yu Minhong mengatakan dalam postingan media sosial WeChat, perusahaannya harus memecat 60 ribu orang karena pendapatan mereka anjlok hingga 80 persen.
Ia juga menuturkan perusahaannya kehilangan nilai pasar sebanyak 90 persen sepanjang tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di 2021, New Oriental menghadapi terlalu banyak perubahan. Banyak bisnis kami berada di dalam keadaan yang tak pasti akibat kebijakan, pandemi, masalah hubungan internasional, dan alasan lain," tulis Yu, dikutip dari AFP.
Perusahaan ini juga telah menghentikan proses belajar-mengajar mereka, baik tatap muka maupun daring.
Dalam unggahan yang berbeda, Senin (10/1) Yu menuturkan perusahaannya masih mempekerjakan sekitar 50 ribu staf dan guru, meski memecat ribuan pegawai lain.
Di 2021, China memberlakukan aturan baru terkait perusahaan bimbingan belajar. Pemerintah memaksa perusahaan untuk beralih sebagai lembaga non-profit untuk mengurangi tekanan pada anak-anak negara itu.
Selain perusahaan harus memecat pegawai mereka, ada beberapa guru yang harus berpura-pura menjadi asisten rumah tangga (ART) atau teknisi perbaikan listrik untuk bisa memberikan les.
Mengutip Radio Free Asia, salah satu sumber di bimbingan belajar Zhou Xia mengatakan bahwa permintaan orang tua terkait les privat atau bimbingan belajar masih tetap ada.
"Mereka (pemerintah) telah melarang pusat pelatihan di luar sekolah dan bimbingan belajar sekarang, tetapi kebutuhan orang tua (untuk les) masih ada. Banyak guru yang kini mengajar secara diam-diam," kata Zhou.
"Orang tua kini menghadapi tekanan yang lebih besar daripada sebelumnya, karena (sekarang) lebih sulit menemukan guru di pasar gelap, dan maka dari itu beban keuangan (orang tua) semakin berat," lanjutnya.
Zhou menuturkan orang tua harus membayar harga lebih mahal untuk guru les privat. Les privat di China kini membutuhkan biaya setidaknya 3.000 yuan (Rp6 juta).
Di sisi lain, biaya pendidikan yang tinggi menjadi salah satu alasan masyarakat muda China tak ingin memiliki anak. Padahal, pemerintah China telah mengizinkan setiap pasangan memiliki tiga anak untuk dalam menanggulangi masalah populasi yang menua.