Sejumlah warga Hong Kong mengungkapkan keluh kesah pengalaman pahit harus jalani isolasi di pusat karantina Covid-19.
Hong Kong salah satu wilayah China yang kerap menerapkan strategi nol-Covid untuk menekan angka penyebaran infeksi virus corona. Mereka turut mengarahkan masyarakat yang terinfeksi Covid ataupun kontak erat dengan kasus positif untuk melakukan isolasi di pusat karantina.
Namun kebijakan ini menuai berbagai masalah, mulai dari tak ada listrik dan sinyal ponsel, kesulitan mendapatkan makanan, bahkan tak bisa keluar dari karantina karena dokumennya hilang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perempuan May Ng (52) masih berada di pusat karantina Penny's Bay pada Kamis (13/1), meski perintah karantinanya sudah berakhir sehari sebelumnya, Rabu (12/1).
Staf di tempat ia karantina menuturkan Kementerian Kesehatan masih belum memberikan dokumen yang diperlukan agar ia bisa keluar, kata Ng, dikutip dari Straits Times.
"Saya merasa ini bukan Hong Kong yang sama, yang menjadi tempat saya tumbuh," tutur Ng.
"Pemerintah sangat tak terorganisasi, dan tak ada kepemimpinan. Mereka hanya menjalankan tugas. Mereka tidak melihat gambaran besar," ujarnya lagi.
Penny's Bay merupakan tempat transit bagi masyarakat yang berasal dari negara-negara berisiko tinggi, seperti Amerika Serikat dan Inggris.
"Jika ini merupakan satu-satunya cara untuk melakukan nol-Covid, lebih baik kita menyerah atas strategi nol-Covid dan menjaga perekonomian dan kehidupan masyarakat," kata kanselir distrik Paul Zimmerman.
"Larangan penerbangan merupakan kebijakan yang keterlaluan dan harus segera dicabut. Hong Kong adalah kota dunia dan roda penggerakan perdagangan dan keuangan internasional," tuturnya.
Tak hanya itu, staf di Penny's Bay dan pusat karantina lain kewalahan menghadapi tes massal dan dokumen ribuan orang yang harus mereka urus.
Beberapa warga yang dikarantina mengatakan pada Bloomberg dalam sambungan telepon, hotline pusat karantina kadang tak terjawab dan pesan suara dari tempat tes massal selalu penuh. Keadaan ini membuat warga yang menjalani isolasi bingung dan kehilangan arah.
Warga Hong Kong lain, K. Lam, menjadi salah satu orang yang tak bisa meninggalkan isolasinya pada pekan ini karena kehilangan dokumen.
"Anak perempuan saya menangis semalaman kemarin malam, mengingat dia berharap bisa pergi ke sekolah hari ini," cerita Lam. Lam dan anaknya yang berumur 12 tahun dibebaskan pada Kamis (13/1).