Dua bulan lalu, saat salah satu teman Emma akan kembali ke rumahnya di dekat kota Naypyidaw, ia harus melewati banyak pemeriksaan di pos-pos pintu masuk. Padahal, dia membawa kartu identitas.
"Saya dengar tidak mudah masuk Naypyidaw karena ada banyak gerbang pemeriksaan di pintu masuk Naypyidaw," kata Emma.
Myanmar kini berada dalam kekacauan usai militer mengambil alih kekuasaan pada Februari 2021 lalu. Mereka menangkap para pejabat negara termasuk presiden dan penasihat negara, Aung San Suu Kyi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, militer juga tak segan membunuh siapa saja yang menentang kekuasaannya. Sejauh ini menurut Asosiasi Bantuan Tahanan Politik, korban tewas akibat kudeta mencapai 1.480 jiwa, sementara yang ditangkap 11.583 orang.
Terlepas dari problem kudeta, salah satu situs perjalanan, Scandasia, menggambarkan Naypyidaw bak kota hantu saat penulisnya mengunjungi kota tersebut. Mereka mengelilingi kota selama 45 menit.
Mereka juga membandingkan Canberra yang hanya berisi kantor kedutaan dan London.
Menurutnya, dengan kota yang kosong seperti itu tak banyak orang-orang berada di luar ruangan sebagaimana dirinya. Mereka lalu singgah ke sebuah hotel. Hotel itu memiliki 200 kamar dan tampak sepi dari pengunjung.
The Guardian bahkan melaporkan, jika berkendara di Naypyidaw seseorang akan lupa kalau sedang berada di Myanmar.
Di kedua sisi jalan, tampak deretan gedung-gedung raksasa yang tak berujung, hotel bergaya villa, dan pusat perbelanjaan tampak seperti jatuh dari langit, semuanya dicat dengan warna-warna pastel: pink muda, biru muda, dan krem.
Jalan-jalan tampak seperti baru diaspal dan dipagari dengan bunga-bunga dan semak-semak yang dipangkas dengan hati-hati.
Bundaran yang ditata dengan cermat menampilkan patung bunga yang besar. Jalan-jalan dirancang untuk kendaraan bermotor atau mobil bukan pejalan kaki.
Luas kota Naypyidaw sekitar 4.800 km, luas ini enam kali lipat dari Kota new York. Segalanya tampak lebih besar.
(isa/bac)