Cerita dari Naypyidaw, Ibu Kota Myanmar yang Dihuni PNS dan Militer

CNN Indonesia
Rabu, 19 Jan 2022 08:07 WIB
Ibu kota Myanmar, Naypyidaw, berfungsi sebagai pusat administratif negara yang kini dikuasai junta militer sehingga nyaris hanya dihuni PNS dan militer negara itu.
Ibu kota Myanmar, Naypyidaw. (AFP/SAUL LOEB)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ibu kota Myanmar, Naypyidaw, berfungsi sebagai pusat administratif negara yang kini dikuasai junta militer. Alhasil, Naypyidaw lebih banyak dihuni pegawai negeri sipil (PNS) serta anggota hingga pejabat militer Myanmar.

Sudah 16 tahun Naypyidaw menjadi ibu kota Nyanmar. Myanmar memindahkan ibu kota dari Yangon ke Naypyidaw pada 7 November 2005 lalu.

Meski demikian, nyaris tak ada geliat di sana. Protokoler Perlindungan WNI KBRI Yangon, Cahya Pemengku Aji, menuturkan soal suasana sepi di Naypyidaw.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Naypyidaw sejauh ini memang masih sepi karena hanya berfungsi sebagai ibukota atau pusat administratif pemerintahan Myanmar, Pusat Bisnis dan Industri tetap di Yangon," kata protokoler Perlindungan WNI KBRI Yangon, Cahya Pemengku Aji, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (18/1).

Suasana ibu kota yang sepi bahkan sudah terjadi sebelum pandemi Covid-19 dan kudeta yang dilakukan militer Myanmar pada Februari 2021.

"Naypyidaw hanya dihuni, sebagian besar PNS, pegawai pemerintah, dan keluarganya. Sejak sebelum Covid-19 dan Kudeta sudah sepi," lanjut Aji.

Kantor kedutaan Indonesia, menurut Aji, juga masih bertahan di Yangon. Hanya ada beberapa kantor penghubung yang buka di Naypyidaw.

Ia kemudian menegaskan di Naypyidaw memang sangat sepi meskipun infrastruktur sudah dibangun secara besar-besaran, seperti jalanan, hotel, hingga pusat perbelanjaan. Kota ini miliki dataran tinggi dan dataran rendah.

"Tapi relatif hanya penghuni Naypyidaw di atas yang beraktivitas. Apalagi saat ini ada pembatasan, hanya yang memiliki undangan dan izin yang dapat berkunjung," papar Aji.

Salah satu warga Myanmar, Emma, juga menyatakan hal serupa.

"Karena sebagian besar orang yang tinggal di Naypyidaw adalah pejabat pemerintah dan kerabat Junta. Di lain pihak, sebagian besar abdi pemerintah ikut serta dalam gerakan pembangkangan sipil (CDM)," kata Emma kepada CNNIndonesia.com.

Emma melanjutkan ceritanya, saat awal kudeta banyak pejabat pemerintah yang tergabung dalam CDM dan melarikan diri menghindari penculikan militer. Kini, ia juga tak bisa memastikan apakah mereka yang pernah ikut CDM dipaksa kembali bekerja oleh junta atau masih ikut gerakan pembangkangan itu. Pihak militer juga mengerahkan banyak pasukan di kota ini.

"Saya kira berita dari Naypyidaw terbatas karena banyak pasukan junta dikerahkan di mana-mana di Naypyidaw," ungkap Emma.

Kota Naypyidaw yang 'angker', baca di halaman berikutnya...



Tak Mudah Masuk Naypyidaw

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER