Kelompok pemberontak Houthi di Yaman melancarkan serangan pesawat tak berawak (drone) ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) pada Senin (17/1).
Serangan drone menargetkan truk tanki berisi bahan bakar di kawasan industri Musaffah, tepatnya dekat fasilitas penyimpanan minyak perusahaan ADNOC. Insiden itu menyebabkan tiga orang tewas.
"Kelompok bersenjata kami melakukan misi militer yang sukses dalam operasi Yaman Hurricane," kata Houthi, Yahya Saree mengutip Al-Masirah yang diberitakan AFP, Selasa (18/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Houthi bahkan mengancam telah menargetkan beberapa lokasi vital lainnya di UEA dan meminta warga negara itu menjauhi tempat-tempat penting.
Berbagai negara dari Arab Saudi, Amerika Serikat, hingga Indonesia mengecam serangan Houthi tersebut.
Serangan awal pekan ini merupakan serangan paling mematikan Houthi pertama di Uni Emirat Arab sejak 2018.
UEA sudah menarik diri dari koalisi militer Arab Saudi yang melakukan intervensi dalam perang Yaman sejak 2015.
Koalisi militer itu dibentuk Saudi demi membantu pemerintahan sah Yaman pimpinan Presiden Abdurabbuh Mansur Hadi untuk memberangus Houthi yang kini menguasai Istana kepresidenan Yaman di Ibu Kota Sanaa.
UEA berhenti mengirim pasukannya ke Yaman sejak 2019. Meski begitu, UEA masih memberikan dukungan logistik terhadap pasukan koalisi Saudi di Yaman.
Selama ini, UEA berupaya menghindari terlibat lebih jauh dalam Perang Yaman karena ancaman serangan Houthi.
Sejak Saudi melakukan intervensi di Yaman, Houthi telah meluncurkan rudal hingga drone yang menargetkan berbagai wilayah Saudi, termasuk Mekkah dan Madinah.
Koalisi militer pimpinan Raja Salman bahkan mengklaim Houthi telah meluncurkan setidaknya 430 rudal dan 851 drone ke Saudi sejak 2015.
Arab Saudi juga kerap meluncurkan serangan udara balasan ke basis-basis Houthi di Yaman, terutama Ibu Kota Sanaa. Koalisi pimpinan Saudi juga telah melancarkan serangan udara ke Sanaa sebagai tanggapan atas serangan drone Houthi ke Abu Dhabi awal pekan ini.