Jumlah Pembelot Korea Utara Turun Drastis di Tengah Pandemi

CNN Indonesia
Jumat, 21 Jan 2022 14:03 WIB
Jumlah warga Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan turun drastis menjadi dua digit pada tahun lalu.
Perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta, CNN Indonesia --

Jumlah warga Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan turun drastis menjadi dua digit pada tahun lalu. Penurunan ini diduga karena Korut memperketat perbatasan demi mengatasi Covid-19.

Kementerian Unifikasi Korea Selatan melaporkan sebanyak 63 warga Korea Utara yang terdiri dari 40 pria dan 23 wanita menetap di Korea Selatan tahun 2021. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun 2020 yang melaporkan 229 orang serta tahun 2019 yang melaporkan 1.047 orang.

Mengutip Korea Herald, penurunan itu diduga disebabkan oleh pengetatan perbatasan di Korea Utara-China.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, baru-baru ini, seorang pembelot Korea Utara yang sempat menyeberang dan hidup di Korea Selatan dikabarkan memilih kembali ke Pyongyang.

Keputusannya tersebut diduga karena sang pembelot hidup susah di Korea Selatan. Selain itu, ia juga diduga mendapatkan perlakuan buruk di negara pelariannya.

Warga Korea Utara yang menetap di Korea Selatan diketahui tidak begitu mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. Meski memang mereka mendapatkan dukungan dan diberikan kelas-kelas persiapan untuk menghadapi kehidupan barunya di Korsel, namun para pengungsi tersebut kerap dialihkan untuk tinggal di luar Seoul sehingga kesulitan mencari nafkah di Korea Selatan.

Mereka yang membelot juga kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Sebab untuk bisa sukses di Korea Selatan, latar belakang daerah serta pendidikan masih memainkan peran penting di sana.

Lebih jauh, para pengungsi itu juga harus menerima stigma dari masyarakat. Mereka kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif karena berasal dari Korea Utara.

Dilaporkan, sekitar 80 persen pembelot dari Korea Utara berjenis kelamin perempuan. Para perempuan ini banyak mengalami diskriminasi oleh majikannya hingga dipaksa menjadi pekerja seks.



(blq/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER