AS Kerahkan Dua Kapal Induk ke LCS Lawan 'Pengaruh Jahat' China

CNN Indonesia
Senin, 24 Jan 2022 19:10 WIB
Amerika Serikat mengerahkan dua kapal induk ke Laut China Selatan (LCS) untuk melawan 'pengaruh jahat' di tengah peningkatan kehadiran China di kawasan.
Ilustrasi USS Abraham Lincoln. (AFP/Timothy Smith)
Jakarta, CNN Indonesia --

Amerika Serikat mengerahkan dua kapal induk ke Laut China Selatan (LCS) untuk melawan "pengaruh jahat" di tengah peningkatan kehadiran China di kawasan.

Kementerian Pertahanan AS menyatakan bahwa dua kapal induk, yakni USS Carl Vinson dan USS Abraham Lincoln, mulai beroperasi di LCS pada Minggu (23/1).

Kedua kapal itu dikerahkan untuk pelatihan yang mereka klaim sesuai dengan hukum di perairan internasional. Namun, mereka tak memberikan rincian lebih lanjut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komandan Kapal Induk USS Abraham Lincoln, JT Anderson, mengatakan kapal itu akan digunakan untuk berbagai latihan, termasuk operasi perang anti-kapal selam, perang udara, dan operasi maritim untuk memperkuat kesiapan tempur.

"Operasi seperti ini memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan tempur, meyakinkan sekutu dan mitra kami, dan menunjukkan tekad kami sebagai Angkatan Laut untuk memastikan stabilitas regional dan melawan pengaruh jahat," kata Anderson, seperti dikutip Reuters.

Sebelum operasi ini, kapal-kapal itu dilaporkan telah menggelar latihan bersama dengan Angkatan Laut Jepang di Perairan Filipina. Area latihan itu meliputi perairan timur Taiwan.

Sebelumnya, Amerika Serikat juga menantang klaim China atas Laut China Selatan dengan mengerahkan kapal perang USS Benfold. China kemudian mengerahkan pasukan udara dan laut untuk mengusir kapal tersebut.

Menurut China, kapal USS Benfold masuk secara ilegal ke wilayah LCS yang diklaim termasuk dalam wilayah kedaulatan Beijing. Namun, AS menegaskan bahwa mereka melakukan operasi pelayaran di perairan internasional.

China memang berulang kali mengklaim wilayah LCS yang tumpang tindih dengan klaim wilayah sejumlah negara lain, seperti Filipina, Vietnam, hingga Taiwan.

Permasalahan ini kemudian di bawah ke Pengadilan Arbitrase pada 2016. Pengadilan memutuskan klaim China tak sah. Namun, Beijing masih kukuh mengakuinya.



(isa/has)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER