Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintah interim Afghanistan, Taliban, menunjuk penembak jitunya menjadi wali kota Maymana, Provinsi Faryab, Afghanistan.
Damullah Mohibullah Mowaffaq diangkat menjadi wali kota usai tiga bulan Taliban berhasil menduduki Kabul.
Mowaffaq punya reputasi sebagai penembak jitu top di jajaran Taliban. Ia juga terkenal menjadi salah satu milisi yang tangguh di kelompok ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kini ia ingin mengubah citra itu dengan berjalan-jalan di pusat kota, menjalankan tugas reguler sebagai pemerintah daerah, membuka saluran pembuangan, membuat proyek jalan, dan meredakan konflik di wilayahnya.
Kondisi itu menjadi salah satu gambaran transformasi milisi Taliban yang sekarang bergulat dengan urusan administrasi ketimbang senjata.
"Saat saya berjuang, tujuan saya sangat spesifik: untuk mengakhiri pendudukan pasukan asing, diskriminasi dan ketidakadilan," kata Mowaffaq yang dikutip AFP Selasa (16/2).
Ia kemudian berujar, "Sekarang, tujuan saya juga jelas: memerangi korupsi dan membuat negara makmur."
Saat tengah blusukan di Maymana, Ia tampak mengajak bicara pekerja yang sedang membersihkan selokan pinggir jalan.
Keluhan dan saran dari 100 ribu penduduk mau tak mau juga harus ditampung dan diselesaikan olehnya.
"Walikota baru masih muda, berpendidikan tinggi dan, yang terpenting, berasal dari kota. Dia tahu bagaimana menghadapi orang, kata wakilnya yang non-Taliban, Sayed Ahmad Shah Gheyasi.
Berbeda dengan milisi Taliban lain yang mayoritas hanya mengenyam pendidikan madrasah, Mowaffaq berasal dari keluarga saudagar kaya yang tumbuh di Maymana.
Ia juga disebut berprestasi di bidang akademik dan olahraga.
Kenang-kenangan masa mudanya menghiasi kantor Wali Kota Maymana. Mulai dari sertifikat kompetensi bela diri hingga ijazah sekolah menengah.
Saat usianya belum genap 20 tahun, Mowaffaq memutuskan bergabung dengan Taliban. Ia kemudian ditunjuk untuk memimpin unit di Maynama.
Taliban menggambarkan ia sebagai penembak jitu yang paling berbakat. Namun, saat ditemui ia enggan bercerita soal gerilya yang pernah dilakukan.
Di sela-sela safari di kotanya, ia berhenti di sebuah rumah yang berisi bekas amunisi di Desa Doraye, Khija Qoshre, wilayah tempat ia berkuasa.
Di lokasi itu, Mowaffaq biasa bersembunyi, menyerang pasukan Amerika Serikat dengan senapan, dan mengasah keahlian menembak.
Salah satu petani lokal di kota itu, Saifadan, membeberkan bahwa sang wali kota pernah membunuh seorang berkebangsaan Amerika Serikat.
"Dia membunuh dengan senapan dari rumah ini, kemudian pesawat muncul dan meledak bom," ucap dia.
Meski demikian, tak bisa dipastikan apakah Mowaffaq bertanggung jawab atas serangan itu atau tidak. Namun, pada 2019 AS mengumumkan salah satu personelnya tewas dalam pertempuran di Faryab.
Setahun sebelumnya, pada 2018, Jaringan Analis Afghanistan mengatakan Maymana dikepung karena eksistensi Taliban yang meluas.
Mowafaqq menyaksikan teman-temannya yang tewas dalam pertempuran itu, ia juga tak mengelak kengerian yang ditimbulkan.
"Saya sudah mengalami banyak pasang surut," tegasnya.
Taliban berhasil menguasai Afghanistan pada Agustus 2021 lalu. Setelah mendapat apa yang diinginkan, mereka berjanji akan menjunjung hak asasi manusia dan menghargai perempuan. Namun yang terjadi tidak demikian.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pernah merilis laporan pembunuhan terhadap 100 eks pejabat pemerintah dan pasukan keamanan sebelumnya yang dilakukan Taliban. Mereka membantah tuduhan ini.
Mereka juga menyingkirkan perempuan dari ruang publik bahkan sampai mengatur pakaian yang digunakan. Dalam kasus lebih jauh pengaturan pakaian berimbas pada pengaturan tubuh termasuk sistem.
Dan benar saja, para perempuan di Afghanistan diizinkan pergi hanya dengan wali, beberapa wilayah juga membatasi akses pendidikan untuk mereka.
Namun di kantor Mowaffaq perempuan tetap diizinkan bekerja. Mereka juga boleh mengunjungi taman kota.
"(Di kantor wali kota Maymana) tak ada yang memberi tahu kami cara berpakaian," ujar Direktur Sumber Daya Manusia, Qahera.
Qahera tampak mengenakan jilbab sesuai dengan persyaratan pakaian saat ini.
Selain bergulat dengan pelanggaran HAM, aliban juga tengah menghadapi krisis politik, dan ekonomi.