Ukraina Terancam Kehilangan Donetsk-Luhansk usai Crimea Dicaplok Rusia

CNN Indonesia
Selasa, 22 Feb 2022 14:37 WIB
Ukraina kini terancam kehilangan wilayah Donestk dan Luhansk usai Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengakui kemerdekaan dua wilayah tersebut.
Wilayah Luhansk terancam lepas dari Ukraina. (AP/Vadim Ghirda)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ukraina kini terancam kehilangan wilayah Donetsk dan Luhansk usai Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengakui kemerdekaan dua wilayah tersebut menyusul konflik di perbatasan yang tak kunjung reda.

Jika kedua wilayah itu betul-betul lepas dari Ukraina dan menjadi negara berdaulat, Donestk dan Luhansk bisa jadi wilayah kedua di bawah pengaruh Rusia, setelah Moskow mencaplok Crimea pada 2014 lalu.

Beberapa bulan usai pencaplokan Crimea, kedua Wilayah di Ukraina Timur itu menggelar pemungutan suara untuk mendeklarasikan pemisahan wilayah dan mengajukan diri sebagai bagian dari Rusia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, menurut laporan CBS News, Moskow tak menerima tawaran itu, tapi memanfaatkan wilayah Donbas sebagai alat untuk menjaga Ukraina agar tetap di oribitnya dan mencegah Kiev bergabung dengan NATO.

Wilayah ini dikuasai kelompok separatis yang didukung Rusia. Mereka kerap bertempur dengan pasukan Ukraina.

Rusia dalam hal ini disebut-sebut turut terlibat dengan mengirim pasukan dan memasok senjata ke kelompok pemberontak. Namun, Moskow membantah. Mereka mengklaim setiap warga Rusia yang bertempur di area itu merupakan sukarelawan.

Usai kekalahan besar pasukan Ukraina, Kiev dan kelompok pemberontak menandatangani gencatan senjata di Minsk, Belarus pada September 2015.

Insert - Donetsk-Luhansk Terancam Lepas dari UkrainaFoto: CNNIndonesia/Astari Kusumawardhani

Kesepakatan itu berisi penarikan semua pasukan asing, pertukaran tahanan dan sandera, amnesti bagi pemberontak, dan janji wilayah separatis bisa memiliki tingkat pemerintahan sendiri.

Namun, belum lama diterapkan kesepakatan itu dilanggar. Pertempuran skala besar pun terjadi pada Januari-Februari 2015. Pasukan Ukraina harus rela menelan pil pahit karena mereka kalah telak.

Untuk meredam konflik yang terus bergejolak, Prancis dan Jerman menengahi agar kedua pihak kembali melakukan kesepakatan damai pada Februari 2015. Perjanjian ini ditandatangani Presiden Rusia, Ukraina, dan dua negara mediator itu.

Kesepakatan Minski menjadi kudeta diplomatik bagi Moskow yang mewajibkan Ukraina memberi status khusus kepada untuk wilayah kelompok separatis. Dengan demikian, mereka punya pasukan keamanan, jaksa dan hakim sendiri.

Meskipun perjanjian Minsk membantu mengakhiri pertempuran besar, tetapi situasi tetap tegang dan pertempuran biasa terus berlanjut.

Kesepakatan Minsk yang terhenti dan harapan Moskow untuk memanfaatkan wilayah separatis untuk mempengaruhi politik Ukraina juga telah gagal.

Namun konflik yang membeku itu telah menguras sumber daya Kiev dan menghalangi tujuannya untuk bergabung dengan NATO.



Cengkeraman Rusia di Ukraina Timur

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER