Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhadi Sugiono, memprediksi perang Rusia vs Ukraina kemungkinan berlangsung lama.
Muhadi bahkan menilai durasi perang tersebut bakal seperti ketika Afghanistan diinvasi Uni Soviet pada 1978 atau AS menyerbu Vietnam pada 1955 hingga 1975, sekalipun Rusia bisa menguasai Ukraina.
"Sulit memprediksi berapa lama (secara pasti). Perang Soviet di Afghanistan dahulu berlangsung sangat lama. Juga Perang Amerika Serikat di Vietnam. Jadi tidak bisa kita dengan mudah memprediksi lama perang hanya dengan melihat ketidakseimbangan kekuatan semata," papar Muhadi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (8/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perang Uni Soviet di Afghanistan berlangsung selama sepuluh tahun mulai dari 1979 hingga 1989. Adapun, perang Amerika Serikat di Vietnam berlangsung selama dua dekade, mulai dari 1975 hingga 1995.
Muhadi menganggap, ada terlalu banyak faktor yang diperhitungkan. Melihat kondisi di Ukraina, sambungnya, bisa saja perang akan berlangsung lama bahkan setelah Rusia berhasil menduduki Ukraina.
Salah satu faktor durasi perang yang lama itu disebabkan Rusia yang salah strategi dalam melakukan serangan ke Ukraina.
"Pendudukan Ukraina yang dibayangkan akan memakan waktu yang singkat melihat asimetri kekuatan yang dimiliki keduanya, ternyata tidak. Perlawanan dari Ukraina yang sangat kuat jelas di luar perhitungan Kremlin," lanjut dia.
Menurut saya hanya Putin yang bisa menghentikan invasi Rusia ke Ukraina. Alternatifnya, kalau perang mengalami eskalasi dan NATO menjadi terlibat di dalamnya. Namun, alternatif yang kedua berisiko pecah Perang Dunia III
Masalah lain, sambung dia, kemungkinan Presiden Rusia, Vladimir Putin, tak memiliki strategi pemungkas jika yang terjadi ternyata tidak sesuai yang dibayangkan.
"Bisa jadi perang di Ukraina akan berlangsung dalam waktu yang sangat lama," terang dia lagi.
Perang di Ukraina hingga kini masih berkobar. Pertempuran pun tak bisa terhindarkan. Menurut PBB, terhitung ada 406 warga sipil tewas akibat serangan Rusia, sementara layanan darurat Ukraina mengklaim korban tewas sudah mencapai 2.000 jiwa.