Pada 2015, Petro Poroshenko sebagai presiden Ukraina yang baru menghasilkan perjanjian damai Minsk dengan Rusia untuk mengakhiri kekerasan. Namun di saat yang sama, Proshenko juga memulai pendekatan dengan Uni Eropa dan NATO.
Hal itulah yang membuat Putin meradang. Mantan agen intelijen KGB itu berpendapat bahwa kedekatan Ukraina dengan Uni Eropa dan NATO berpotensi ancaman bagi Rusia. Sebab, ada kemungkinan pangkalan militer NATO dibangun di dekat perbatasan Rusia-Ukraina.
Desas-desus invasi Rusia pun semakin bergelora pada November 2021 ketika Ukraina dipimpin oleh Volodymyr Zelensky yang meneruskan lobi-lobi dengan Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Citra satelit menunjukkan konsentrasi pasukan militer Rusia berada di dekat perbatasan Ukraina. Jumlahnya diperkirakan mencapai 100.000 tentara lengkap dengan alutsista mereka.
Latihan militer skala besar juga dilakukan Rusia pada Januari 2022. Putin menepis anggapan bakal melakukan invasi. Di sisi lain, ia meminta NATO menyetop aktivitas di Eropa Timur sekaligus meminta agar negara-negara pecahan Uni Soviet tidak diterima sebagai anggota.
Dalam sebuah essay panjang yang ditulis Putin pada Juli 2021 lalu, seperti dikutip CNN International, Putin menyebut Rusia dan Ukraina adalah 'satu bangsa' sekaligus menuding Barat telah mengacak-acak identitas Ukraina.
Putin akhirnya memutuskan invasi Rusia bergulir pada 24 Februari lalu. Ia berdalih hal tersebut dilakukan untuk melindungi warga wilayah Donbas yang meliputi Donetsk dan Luhansk dari kungkungan pemerintah Ukraina.
Di pekan kedua invasi Rusia ke Ukraina, wilayah Donetsk dan Luhansk masih menjadi zona panas pertempuran. Bahkan, wilayah perang pun meluas hingga ke Chernobyl dan sempat menyentuh Kyiv.
(ikh/bac)