Nasib Muslim Tatar Crimea di Bawah Kendali Rusia

CNN Indonesia
Senin, 14 Mar 2022 17:18 WIB
Crimea banyak berubah usai militer Rusia menduduki wilayah itu beberapa tahun silam, termasuk kehidupan muslim di sana.
Warga Crimea di Ukraina protes Rusia invasi ke negara itu. (AP/Burhan Ozbilici)

Lebih lanjut, sebelum invasi Rusia pada 20 Februari 2014 silam, ada beberapa sekolah teologi di Crimea, yaitu Madrasah Seit-Settar dan Perguruan Tinggi Madrasah di kota Simferopol, Madrasah Azov, Madrasah Pengawal Merah Khafiz.

Kemudian Madrasah Lelaki Crimea Lama, Sekolah Tinggi Hafiz di desa Kolchugino, Madrasah Perempuan di desa Kamenka, Madrasah di Saki. Saat ini, hanya Madrasah Azov dan pusatnya Cabang Hafiz di kota Krasnogvardeysk yang masih beroperasi.

"Selama pendudukan Rusia, sekolah-sekolah Islam selalu berada di bawah pengawasan dan sering kali dirazia. Sebagai contoh, pada 24 Juni 2014 Sekolah Tinggi Hafiz di desa Kolchugino dan semua Madrasah di Crimea pada bulan Agustus 2014 dirazia," lanjut mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka juga menuturkan sejumlah kasus lain seperti pusat kebudayaan Islam di Simferopol yang dirazia sebanyak tiga kali pada 26 Agustus 2014, 28 Januari dan 6 September 2016. Kemudian, tiga masjid lainnya yaitu Borchokrak Jamisi di Simferopol, Masjid Takhtali di Yevpatoria, Derekoy di Yalta dirazia pada September 2014.

Masjid Kamyanka di Simferopol dirazia pada 20 Mei 2015. Masjid Koreiz, Simeiz, Derekoy dan Ai-Vasily dirazia pada Oktober 2016 dan yang terakhir, Masjid Khan Jami di Yevpatoria dirazia pada 14 November 2016.

"Saat menjalankan ibadah salat Jumat, para petugas keamanan Rusia berulang kali memeriksa dokumen jemaah, melakukan penangkapan, dan mengumpulkan DNA mereka secara paksa dari bulan April hingga Desember 2016 di masjid-masjid di Sevastopol, desa Molodizhne di Simferopol, desa Vishen dan Orlovka di dekat Sevastopol," kata mereka.

Mayoritas buku yang disita oleh petugas Rusia kemudian dilabeli sebagai sastra ekstremis. Padahal sebelum pendudukan Rusia, buku-buku tersebut tidak dilarang di Ukraina dan dapat diakses secara bebas di Crimea.

Buku-buku itu di antaranya seperti kumpulan doa-doa harian, biografi Nabi Muhammad dan bahkan terjemahan dan interpretasi Al-Qur'an.

Petugas Rusia juga menggeledah sekolah dan perpustakaan Crimea untuk mencari buku-buku terlarang pada periode September-Oktober 2014. Contohnya, sekolah №4 di Belogorsk, sekolah Tatar Crimea di Zuya, pesantren untuk anak berbakat di desa Tankove, perpustakaan di kota Kerch dan perpustakaan Universitas Nasional Tavriya.

Pencarian buku ekstremis kemudian sering dijadikan alasan utama atau tambahan untuk melakukan razia di rumah umat Islam Crimea. Razia dilakukan secara berkala di Crimea. Tercatat, orang yang dirazia dan dipenjara terbanyak di Crimea adalah orang Muslim.

Larangan Organisasi Keagamaan dan Dugaan Penyiksaan

Setelah pendudukan Rusia di Crimea, kelompok Hizbut Tahrir dilarang untuk beraktivitas karena dianggap sebagai organisasi teroris di Rusia. Umat Islam yang dicurigai sebagai anggota organisasi ini yang disebut hampir 10 ribu orang dianiaya, digeledah, ditangkap, dan dihukum penjara untuk waktu yang lama.

Saat ini, 84 orang telah ditangkap di Crimea karena terlibat kasus Hizbut Tahrir. Sebagian besar dari mereka telah dijatuhi hukuman penjara 13-19 tahun di berbagai penjara Rusia. Mereka ditangkap atas dasar kesaksian dari saksi rahasia dan rekaman audio yang merekam percakapan mereka tentang agama.

Empat orang Muslim kemudian dilaporkan dan dihukum karena berpartisipasi dalam organisasi pasifis Islam 'Jamaah Tabligh', yang merupakan organisasi yang ditetapkan sebagai kelompok ekstremis di Rusia dan dilarang di lima negara: Rusia, Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, dan Cina.

"Ini adalah praktik yang sering dilakukan oleh petugas Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) di Crimea untuk menculik orang Muslim, mengancam atau menyiksa mereka untuk memberikan hal-hal yang diperlukan petugas untuk menangkap orang Muslim lain, atau untuk menjadikan mereka agen rahasia permanen,"

Mereka diculik, atau dibawa ke hutan atau ruang bawah tanah dengan ancaman kekerasan. Jika seseorang tidak mau bekerja sama, ada ancaman akan disiksa dengan sengatan listrik. Setelah disiksa, orang itu biasanya setuju untuk menandatangani dokumen untuk bersaksi kemudian harus membaca teks yang disiapkan oleh petugas Rusia di depan kamera.

Setelah itu, jika dia menyebarkan informasi tentang apa yang terjadi padanya, maka kerabatnya akan terkena imbasnya. Oleh sebab itu, hanya sedikit yang berani bersaksi secara terbuka tentang penyiksaan yang mereka derita.

Seperti Nariman Ametov dari kota Staryi Krym, yang menjadi target penyiksaan pada 17 Desember 2021. Selanjutnya adalah Kurtumer Chalgozov dari desa Primorskoe dekat kota Feodosia, yang pada 14 Desember 2021 dipaksa untuk menandatangani surat-surat tertentu atau diancam akan disiksa.

Belenggu Bagi Muslim yang Sudah Wafat

Warga Muslim di Crimea tidak bebas dalam menganut agama mereka lantaran dibatasi hukum. Pada Oktober 2021 misalnya, Pengawal Merah menggeledah sel seorang anggota kelompok Hizbut Tahrir saat persidangan berlangsung. Banyak barang pribadi yang disita, termasuk Al-Quran, sajadah, dan obat-obatan.

Tindakan serupa terjadi berulang kali saat pemindahan terpidana Muslim. Pada tahun 2021, Ayder Saledinov dan Rustem Ismailov ditempatkan di sel isolasi karena melakukan salat Idul Adha di malam hari.

Seringkali orang Muslim juga sengaja diberi makan daging babi, seperti yang sering terjadi di pusat penahanan pra-sidang nomor 3 wilayah Rostov, atau diberikan makanan ransum kering saat sidang pengadilan, seperti yang terjadi pada 30 Maret 2021 dalam kasus 'Hizbut Tahrir kedua di Simferopol'.

Perlakuan 'pengekangan' juga menimpa warga muslim yang meninggal dunia. Seperti seorang warga negara Uzbekistan, Ayyub Rakhimov, yang tewas karena dieksekusi di kota Simferopol pada tanggal 11 Mei 2021, kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Rakhimov tidak diizinkan untuk dikuburkan menurut adat Islam, meskipun pengacara dari pihak istrinya kerap meminta hal tersebut.

Selain itu, tak jarang dibangun berbagai fasilitas umum di tempat pemakaman orang Muslim di Crimea, seperti di desa Shuma, Verkhnyaya Kutuzova, dekat kota Alushta. Pada musim gugur tahun 2021 sebagian dari pemakaman orang Muslim digali untuk pembangunan sebuah pondok dan taman, sementara tulang belulang yang telah hancur dibuang ke hutan.

Kejadian serupa terjadi di desa Ak-Monai, Kamenske, wilayah Leninsky. Dilaporkan pipa gas dibangun melewati pemakaman orang Muslim, sehingga tidak ada lagi bekas jenazah. Di kota Evpatoria, di lokasi pemakaman orang Muslim akan dibangun arena skating oleh otoritas pendudukan.

"Oleh karena itu, berdasarkan fakta dan statistik di atas, kami melihat adanya tindak pelanggaran secara sistematis terhadap hak dan kebebasan orang beragama di Crimea sejak awal pendudukan Rusia pada tahun 2014 hingga kini," pungkas mereka.

(khr/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER