AS Duga Zona Larang Terbang Tak Hentikan Serangan Rusia ke Ukraina

CNN Indonesia
Selasa, 15 Mar 2022 01:23 WIB
AS mengindikasikan larangan terbang tak bisa menghindari Ukraina dari serangan Rusia, terutama setelah pangkalan militer mereka hancur akibat rudal.
AS mengindikasikan larangan terbang tak bisa menghindari Ukraina dari serangan Rusia, terutama setelah pangkalan militer mereka hancur akibat rudal. Foto: (@BackAndAlive via REUTERS/@BACKANDALIVE)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pejabat Kementerian Pertahanan AS mengindikasikan larangan terbang di atas Ukraina tidak bisa menghindari serangan Rusia. Indikasi itu muncul setelah pangkalan militer Ukraina barat hancur akibat rudal dari pesawat yang terbang di wilayah udara Rusia.

"Rudal itu diluncurkan dari atas Rusia ke Yavoriv pada Sabtu (12/3) malam," kata pejabat anonim tersebut, seperti diberitakan AFP, Senin (14/3).

Sehingga, pejabat AS tersebut menilai serangan itu menjadi contoh zona larangan terbang di atas Ukraina "tidak akan berpengaruh." 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan itu disampaikan setelah 35 orang tewas dan lebih dari 134 orang lainnya terluka ketika pasukan Rusia melancarkan serangan udara di pangkalan militer di luar kota Lviv, bagian barat Ukraina, Sabtu (12/3) malam.

Pangkalan militer di Yavoriv, yang terletak sekitar 40 kilometer (25 mil) barat laut kota merupakan pusat pelatihan bagi pasukan Ukraina dengan instruktur asing, termasuk dari Amerika Serikat dan Kanada.

Lokasi itu juga merupakan pusat latihan bersama yang melibatkan tentara Ukraina dan sekutu NATO.

Serangan itu disebut memperjelas kawasan Ukraina Barat yang sebagian besar wilayahnya terhindar dari serangan Rusia sejak 24 Februari ternyata rentan, terutama terhadap rudal jarak jauh.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mengaku belum mengetahui apakah instruktur asing sedang berada di lokasi atau tidak saat kejadian.

Pasukan asing sebelumnya telah meninggalkan Ukraina sebelum Rusia melancarkan invasi ke ke Ukraina pada 24 Februari. Amerika Serikat mengatakan pada 12 Februari mereka menarik 150 instruktur dari Ukraina.

Reznikov juga mengutuk aksi pemboman itu sebagai 'serangan teroris baru terhadap perdamaian dan keamanan di dekat perbatasan UE-NATO'. Ia juga kembali menyuarakan kebijakan zona larangan terbang di atas Ukraina.

"Tindakan harus diambil untuk menghentikan ini. Tutup langit!" tulisnya. 

Ukraina terus mendesak sekutunya untuk melakukan lebih banyak upaya menekan Rusia, salah satunya ialah menerapkan zona larangan terbang di wilayah udara negara itu.

Meski demikian, sejumlah negara Barat takut bantuan yang dikirim ke Ukraina dapat menyeret mereka, termasuk anggota NATO, ke dalam perang langsung dengan Rusia.

Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, sempat mengancam negara Barat berkaitan dengan zona larangan terbang ini.

"Setiap gerakan ke arah ini akan kami anggap sebagai partisipasi dalam konflik bersenjata oleh negara itu," ujar Putin dalam pertemuan dengan karyawan Aeroflot, dikutip dari AFP.

(afp/chri)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER